Sabtu, 09 Mei 2015

Sebuah Perjalanan

0 commentfootprint
Credit to @r-kurniawan who made it.
Menulis memang mengingatkan. Menelusuri barisan kata yang kubuat hampir tepat 5 tahun lalu membuatku merasa bahwa ada inkonsistensi dalam menulis. Aku malu. Dan kadang kagum. Kok bisa ya aku nulis seperti itu dulu. Seperti seorang pelukis yang mempunya pemantik dalam melukis, sepertinya aku menulis karena ada yang membuat jari-jemari ini menari memainkan diksi.

Lucu. Dan seperti semesta tahu, jari-jemari ini berhenti seiring menghilangnya sang inspirasi. Sang inspirasi? Berlebihan sih, tapi diantara blogger blogger yang bertebaran di dunia maya, 5 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk mempertahankan sebuah account blogspot tanpa dideactive. Meski perkembangan akun ini tidak sepesat blogger lainnya, patut diacungi jempol kaki. Lima tahun itu kayak macam bayi yang udah mau masuk SD lho! Wow. Dan selama lima tahun ini banyak kisah yang sangat menyentuh hati, hehe. Miris sih ngingetnya. Apalagi piranti menulisku, si Semar, raib di tangan orang yang tidak bertanggung jawab. Laptop pertamaku, asus putih, hilang dicuri pas dia ulang tahun kemaren Maret. Karena aku inget banget belinya pas cuti libur dies natalis Universitas Sebelas Maret. Sedih. Pake banget. Yang pertama memang selalu berkesan. Ah, Semar. :')

Dan lucu (lagi). Orang-orang yang terlibat dalam pengisahan dengan labels #story #love #galau #curcol, satu persatu menghilang. Entah, mereka  mengisi kisah hidup orang lain untuk saat ini atau entah yang akan datang. Aku sendiri. Untuk detik ini. :')
Tidak akan kuhapus terkecuali orang-di-masa-datang memintaku demikian.

Anyway, Happy Blogday untuk Magicalya. You are a magic part of me. :)

Rabu, 08 April 2015

Kepadamu Jalan Kiri...

0 commentfootprint
Dulu aku tak pernah percaya bahwa perbedaan bisa meretas luka. Kupikir manusia memang diciptakan tak sama, sampai ujung dunia pun sidik jari tak bersaudara. Tapi kenapa kau terus bersikukuh bahwa raga terpisah tak akan ada cinta yang tumbuh? Cinta punya jalannya untuk merawat dirinya sendiri, bertumbuh tanpa syarat. Tapi jika itu bersyarat masih bisakah kusebut itu cinta?
Kupikir kau hanya memaknai cinta sebagai kebiasaan. Lalu, bagaimana jika ragaku kehilangan makna? akankah kau mencari kebiasaan lain yang kan terus melengkapimu?
Aku tak meyalahkan siapa atas kepergianmu. Pun aku tak merutuk Tuhan atas kealpaanmu. Jika sekarang pikiranku tak lagi memperbincangkanmu, anggap saja aku telah berdamai pada diri sendiri. Tak mengapa jika kau memilih jalan kiri sedang aku dari seberang kanan. Yang kutahu kita punya tujuan yang sama, hanya saja kita tak lagi bisa seiring. Karena aku tak ingin dibebat.

Sabtu, 14 Maret 2015

Note : Jari Manis Sebelah Kiri

0 commentfootprint
Cuplikan Note di Facebook oleh Daranindra Dewi Saraswati :


"Mengapa para pria dengan mudah mengalungkan logam mulia berkomposisi janji itu di tubuhmu?"

"Jemari yang tak mencintai, takkan mudah mengalungkan benda ini. Cinta bukanlah soal seberapa mudah cincin ini terpasang, namun seberapa indah kalian berdua berjuang. Ya, cinta itu memperjuangkan. Jika kalian tak berjuang bersama, hampir pasti itu bukan cinta. Jika ia pergi, ia tentu tak cukup berhak dikatakan mencintai. Jika kau berjuang sendiri, sepertinya kau harus menampar diri sendiri untuk tau cintamu cuma ilusi. Sebentar. Dan menunggu dia pulang bukan termasuk bentuk memperjuangkan kurasa.. Jemarimu hanya terikat di suatu tempat yang kau yakini sebagai cinta, padahal bukan. Ia pergi lantaran yang kalian miliki hanyalah ilusi. Bukanlah ia pengkhianat,  hanya saja ia sadar lebih cepat. Aku yakin dia hanya mencari tempat berbagi. Bukan halte bis tempat menunggu untuk dicintai."



Kamis, 05 Maret 2015

Jarum Jam

0 commentfootprint
"Rindu itu seperti jarum menit yang menjadikannya tiada pada jarum jam nya. Bertemu pada satu titik, membentuk sebuah lini. Kita melebur. Berjumpa tuk berpisah."


"Tak mengapa kau pergi kemana saja, karena aku padamu seperti menit pada jam. Aku bukan detik."


"Tiba-tiba pikiranku dikebiri oleh detak jarum yang meneriaki. Aku harus segera memutuskan sedetik kemudian apa yang harus kulakukan. Jika tidak waktu kan membunuhku."



Rabu, 25 Februari 2015

Aku Kehilangan Makna

0 commentfootprint
Seorang pelukis mati meninggalkan warna,
seorang penyanyi mati meninggalkan nada,
seorang pujangga mati meninggalkan syair,
seorang pemahat mati meninggalkan arca,
seorang tentara mati meninggalkan senjata,
seorang hakim mati meninggalkan praduga,
seorang petani mati meninggalkan benih,
seorang nelayan mati meninggalkan sauh,
seorang aku mati kehilangan makna.
sejak aku tahu aku kehilanganmu.

Minggu, 25 Januari 2015

Tau nggak?

0 commentfootprint

Tau nggak?
Orang yang paling dekat dengan kita adalah orang terbesar pertama yang kemungkinan membuat kita sangat kecewa.
Iya, karena kita terlalu berekspetasi tinggi terhadapnya, dan ketika ekspetasi itu tidak sesuai harapan kita, kita kecewa. Terluka.
 

A Walk to Remember Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template