Jumat, 22 November 2013

Ada apa dengan Cinta?

0 commentfootprint
Ini adalah puisi di halaman terakhir catatan milik Rangga di film Ada Apa Dengan Cinta yang sepertinya puisinya juga berjudul sama dengan filmnya. He is totally unique.

"Perempuan datang atas nama cinta
Bunda pergi karena cinta
Digenangi air racun jingga dalam wajahmu
seperti bulan dalam tidur di hatimu
yang berdinding kelam dan kedinginan
Ada apa dengannya?
Meninggalkan hati untuk dicaci
lalu kali ini aku lihat karya surga dari mata seorang hawa,
Ada apa dengan cinta?
Tapi aku pasti akan kembali dalam satu purnama.
untuk mempertanyakan kembali cintanya
bukan untuknya, bukan untuk siapa
tapi untukku.
karena aku ingin kamu,
itu saja.

Sabtu, 09 November 2013

Semoga Tidak Kamu Lagi

0 commentfootprint
Ada rasa sedih saat melihatmu bahagia. Bukan karena aku tidak ingin kamu bahagia, melainkan karena bukan aku yang membahagiakanmu. Itu menyakitkan, seperti pukulan yang sebenarnya ingin buatku tersadar. Mungkin ini waktu untuk aku terpuruk, supaya aku dapat melihat Tuhan memakai kenangan ini untuk buatku dipenuhi kesiapan, sehingga doa dapat melahirkan semangat dan kemudian buatku bangkit.
Namun ketahuilah sebelum aku sudah tak lagi mencintaimu, ini darahku mengalir membawa bayang-bayangmu mengelilingi tubuhku dan jantungku berdenting demi kau menari-nari di pikiranku. Ada satu hal yang sampai hari ini masih membuat aku bangga menjadi aku, itu karena aku mampu terima kamu apa adanya. Aku meminta ampun kepada Tuhan, sebab aku pernah berharap kalau suatu saat, ketika angin menghempasku hilang dari daya ingatmu, aku ingin tak pernah lagi menginjak bumi. Sebab hidup  jadi terasa bagaikan dinding yang dingin. Aku harus menjadi paku, sebab kamu bagai lukisan dan cinta itu palunya. Memukul aku, memukul aku dan memukul aku sampai aku benar-benar menancap kuat.
Pada akhirnya, semoga, tidak kamu lagi yang aku lihat sebagai satu-satunya cahaya di dalam pejamku sebelum pulas. Amin. by @zarryhendrik


Semoga tidak kamu lagi, yang menjadi pamungkas Al-Fatihah setelah tiap lima waktuku.
Semoga tidak kamu lagi, yang mencium keningku saat-saat terakhir waktu yang tepat untuk berpisah.
Semoga tidak kamu lagi, yang memelukku ketika rindu bersua pada ujung tebing.
Semoga tidak kamu lagi, yang mengisyaratkan hingga dini hari untuk menegakkan pendengaran dan menajamkan penglihatan sekedar untuk berbincang basa-basi.
Semoga tidak kamu lagi, yang kembali..
Karena kamu adalah garam di setiap lukaku.
Aku menyerah, Tuhan.

Selasa, 25 Juni 2013

"Aku.."

0 commentfootprint
Saya paling suka menghabiskan waktu dengan berjalan sendirian di gramedia, toko buku atau perpustakaan. Boleh dibilang nerd, sih. Hanya saja, berpikir lebih baik seorang diri ketimbang mengajak orang lain yang tidak terlibat dalam urusan tersebut, dan sangat tidak enak sekali melihat wajahnya seperti berkata, "ayo kapan pulang? lapar sekali" atau "ah lama sekali sih, membosankan". Karena memang tidak semua orang sih mau diajak berlama-lama dalam tumpukan buku, apalagi berdiri. Ah, saya butuh partner in crime dalam hal ini. Mostly sih si Lerry. Berharap saja menghabiskan waktu banyak dengannya tak mengubahku menjadi disorientasi gender. 
Beberapa waktu ini saya sedang gandrung dengan membaca, membangkitkan hobi lama sebenarnya. Karena mungkin sekarang kesibukan akademis sudah mulai sedikit berkurang, tinggal tugas akhir dan ujian. Mengulang kembali membaca buku/novel lama itu seperti membongkar harta karun. Kita kembali menemukan sesuatu yang menakjubkan yang sudah lama terpendam dalam tumpukan-tumpukan memori.
Kemaren sempet jalan-jalan sendirian ke gramedia. Menemukan novel berjudul "ibuk," oleh Iwan Setyawan. Ah, saya memang terlalu attract terhadap sesuatu yang berhubungan dengan sosok seorang ibu. 
Membaca sedikit halaman depan, membuat saya semakin tertarik, sayang nggak bisa langsung dibeli.
Ada kata-kata bagian bab akhir yang paling saya suka.

"Aku

Menulis membebaskanku. Membesarkanku. Memberanikanku.
Aku menulis untuk membaca kehidupan. Aku menulis untuk berkaca. Aku menulis untuk melepaskan air mata. Aku menulis untuk menjadikanku manusia. Aku menulis untuk membunuh malam. Aku menulis untuk memaknai hidup. Aku menulis untuk bersyukur. Aku menulis karena menulis menyembuhkan. Aku menulis untuk merapikan masa lalu. Aku menulis karena kata-kata bisa menguatkan. Aku menulis untuk menggali hati nurani.
Menulis adalah meditasi.
Aku menulis untuk orang-orang yang telah menyentuh hatiku, kehangatan keluarga yang telah menghangatkan hidupku, serta alam sekitar yang menyegarkan perjalanan ini. Tulisanku mencoba menangkap kenangan agar mereka tidak menguap begitu saja. Aku menulis sebelum kenangan jatuh dari ingatan. Aku menulis untuk menangkap kenangan yang mungkin tak kan mampu tersimpan dalam memoriku. Sebelum diriku usang dan menghilang."
"ibuk, " (dengan tanda koma dibelakangnya) 

Membaca memang erat kaitannya dengan menulis. Tulisanku tak begitu bagus, tapi aku pernah membaca, tulislah apa yang ada dipikiran sebelum ide itu menguap tak perlu khawatir bagaimana hasilnya, toh tulisan itu bisa diperbaiki dengan membacanya berkali-kali.
Sebenarnya, membaca dan menulis itu bisa dikaitkan dengan pribadi seseorang lho, lihat genre dan hasil tulisannya aja bisa digarisbawahi karakternya. But, some people dont even realize.
Bagiku, menulis, membaca adalah sebuah katarsis. Apalagi dengan alunan musik yang menemani. Just love what we do, and do what we love. :)

Jumat, 21 Juni 2013

Critical, Nasionalis, or something-called-sok-tau?

0 commentfootprint
Agak aneh sebenarnya percakapan dengan temanku kali ini, biasanya kami tidak pernah beradu tentang beginian. Tapi tergelitik juga untuk berkomentar dan berargumen, ditanyai bagaimana pendapat saya jika BBM naik. Agak menyentil sebenarnya, sebagai seorang mahasiswa ekonomi. Haha. Pada titik akhirnya, saya sedikit tergugah, memang sebenarnya masalah Indonesia itu adalah mental dari dulu. Seperti yang sering saya lihat dari tweet2nya @sudjiwotedjo , orang kita itu bermental "minder" sejak dulu. Meski sudah merdeka.

Percakapan ini dikutip dari sumber aslinya, di kotak percakapan sebelah kanan ada saya, dan yang kiri adalah teman saya. Tak ayal lagi, karena mungkin isu ini sedang mengembang-desa akhir-akhir ini. Gak di kos, di kampus. Iya, kenaikan BBM. Menurutmu gimana?


Selasa, 18 Juni 2013

Deru dalam Debu

1 commentfootprint
Tidak baik ternyata, menyimpan memori yang sudah kadaluarsa. Hanya kadaluarsa sendiri merujuk ketika sesuatu barang tidak baik dikonsumsi pada masa tenggangnya. Seperti memori dimana objek yang otak konsumsi sudah tidak berada pada ambang nyata. Lama-lama hanya halusinasi dan sebuah khayalan "seandainya, jika ,,," atau "seandainya waktu berputar kembali, aku akan ,,," atau juga "seandainya kamu ada disini,,,"

Seharusnya hari ini, magelang masi menjadi tempat yang nyaman untuk singgah. Tapi entah sejak beberapa hari lalu, ketika kamu tiba-tiba datang, tepat di hari ulang tahunku. Sebelumnya, aku merasa baik-baik saja. Aku bisa melaluinya. Entah, aku tak bisa untuk berkata tidak di hadapanmu. Sewaktu mata berpaut segalanya berubah menjadi baik-baik saja. Rasa sakit hati, kecewa, amarah, menjadi hanya deru dalam debu. Kemudian hempas tak bersisa. Yang ada hanya dentingan kata a-k-u-r-i-n-d-u-p-a-d-a-m-u.

Aku merasa magelang tak aman. Tak aman untuk hatiku beberapa hari ini. Mengingatmu akan meninggalkan kota ini, selalu saja ada sesak yang menghujam kemudian kebas air mata. Entah, aku tak mengerti. Aku belum pernah merasakan seikatan batin ini pada seseorang. Seseorang asing, yang dulu bahkan aku tak pernah menyangka bisa mengenalmu. Skenario Tuhan memang luar biasa.

Kadang meghindar memang jalan alternatif yang terbaik. Bukan tidak menghadapi kenyataan, hanya saja meredam ego untuk tak selalu berkata "aku baik-baik saja". Hari ini aku pergi ke Solo. Tak seperti biasanya aku tak bernafsu mengejar angin. Biarlah angin yang mengurai benakku, tak perlu aku memaksakan diri.
Pernah berpikir tidak berapa juta kata-kata orang yang bisa dituliskan ketika mereka berada di jalan? Mungkin jika ada gelembung udara yang mewakili mulut tuk bicara, awan sudah terpolusi kata. Ada banyak kata yang terpikirkan daripada terucap ketika kita berada di jalanan. Mengendarai.
Seperti aku. Tak henti-hentinya aku merapalkan ayat kursi. Setidaknya itu senjata terakhirku untuk tidak terus-terusan memikirkanmu.
Selalu.
Rasanya begitu gamang. Begitu mamang.
Sampai aku singgah di sebuah masjid. Masjid bercat hijau yang beberapa kali kusinggahi, jika dalam perjalanan solo-magelang. Letaknya sekitar 1jam.an dari pusat kota Solo.
Kutunaikan 4rakaat dhuha. Aku jadi teringat. Setiap kulakukan sunah, aku seperti makan lauk pauk. Teringat kata ibukku "Ibarat makanan, sholat lima waktu adalah makanan pokok seperti nasi, dan sunahnya adalah lauk pauk, jika sholat lima waktu saja tak kau tunaikan, berati jiwamu kelaparan. Jiwa kelaparan itu penuh maksiat. Dan jika hanya kau tunaikan sholat lima waktu, berati sama saja kau hanya makan nasi tanpa lauk. Garing. Hambar. Ora enak. "
Tersadar karena tak selalu bisa qiyamulail, sunah yang bisa kulakukan saat ini hanya melalui waktu matahari setinggi tonggak.
Menjamahi rumahMu sendirian, seperti aku berada dalam lapangan berkilo-kilo meter lebarnya dan aku hanya titik di tengahnya. Sendiri. Sepi. Sungguh. Rasanya kebas air mata. Kuucapkan mohon ampun terus-menerus. Teringat orang-orang yang kusayangi satu-per satu. Apa yang bisa kuberikan terbaik untuk mereka.
Aku mencintai mereka. Setulus daun yang jatuh ke tanah tanpa bertanya kenapa angin memisahkan dari rantingnya.
Aku punya teman, Lerry namanya. Setulus aku menyayangi tanpa mulutku beresonansi di hadapannya. Dari laku.ku sudah terlihat. Kemana pun ia pergi aku antar, dari mana saja dia tiba aku jemput, sampai selalu bertanya apakah dia sudah makan atau belum. Tak pernah tega aku membiarkannya. Bukan, bukan berarti aku disorientasi gender. Hanya saja, ketika aku sudah menyayangi seseorang, aku berusaha loyal.

Seperti loyal kepadamu. Sejatuhnya berkali-kali, selalu saja ada hal yang membuatku kembali. Sebenarnya ketika kita merasa "homy" pada seseorang, orang tersebut layak diperjuangkan. Dimanapun kita berada, kita merasa seperti "pulang ke rumah" kalau deket-deket dia. Nah. Pernah ngerasain? Itu yang aku rasain. Kamu begitu jugakah? Atau kamu merasa kita hanya tetanggaan? Hahaha

Bulan depan, kamu sudah lulus. Tak ada alasan lain untuk tinggal lebih lama di Magelang. Tetapi sudah dari sekarang rasanya aku kehilangan. Magelang kehilangan. Iya, benar, disini rasanya ada yang tercerabuti satu-per-satu.
Bakalan tak ada alasan lagi ketika aku lewat gerbang ksatrian itu berkata "kamu sedang apa di dalam? sudah makan belum? tidurnya nyenyak gak? capek ya kegiatan seharian?" entah, itu seperti pertanyaan retoris yang selalu aku rapalkan dalam hati melihatmu dari luar tembok kstarian.

Ah, aku rindu kamu yang dulu. Masih samakah kamu?

"Hai selamat bertemu lagi
Aku sudah lama menghindarimu
Sialku lah kau ada di sini
Sungguh tak mudah bagiku
Rasanya tak ingin bernafas lagi
Tegak berdiri di depanmu kini
Sakitnya menusuki jantung ini
Melawan cinta yang ada di hati
Dan upayaku tahu diri tak selamanya berhasil
Pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama
Pergilah, menghilang sajalah lagi
Bye selamat berpisah lagi
Meski masih ingin memandangimu
Lebih baik kau tiada di sini
Sungguh tak mudah bagiku
Menghentikan segala khayalan gila
Jika kau ada dan ku cuma bisa
Meradang menjadi yang di sisimu
Membenci nasibku yang tak berubah
Dan upayaku tahu diri tak selamanya berhasil
Pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama
Pergilah, menghilang sajalah lagi
Berkali-kali kau berkata kau cinta tapi tak bisa
Berkali-kali ku telah berjanji menyerah
Dan upaya ku tahu diri tak selamanya berhasil
Pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama
Pergilah, menghilang sajalah
Pergilah, menghilang sajalah lagi"

Hatiku menderu dalam debu.

Senin, 03 Juni 2013

Dari Enam jadi Lima

0 commentfootprint
Sudah jelas sekarang?
Tak lagi abu-abukah?
Tapi kulihat hatimu masih menyimpan merah jambu, nona.
Iya, merah jambu yang tak lama lagi akan membusuk, dan memudar tak berbekas.
Kamu tahu?
Aku pikir kamu tidak akan pernah tahu, kalau pun tahu tidak akan mengubah segalanya kan sekarang? Aku hanya mengutip katamu.
Iya, kamu tidak pernah tahu, kalau kamulah yang selalu aku gosipkan dengan Tuhanku.
Merasa getarkah hatimu disaat-saat lima waktu? Kalau iya, radar neptunus masih bekerja, kalau tidak, sepertinya memang kamulah yang memantrai diri dengan Expecto Patronum. Bahkan aku bukanlah dementormu.
Dari Enam jadi Lima.
Sepertinya mulai sekarang aku harus membiasakannya.
Tak lagi menyebutmu dalam Enam Daftar Al-Fatikhahku.
Aku, yang pertama.
Ibukku, selalu yang kedua.
Abahku, selanjutnya.
Kakak perempuanku, kemudian.
Kakak laki-lakiku, harus.
(almh) Adek perempuanku, yang selalu kuraba-raba dalam mimpi bagaimana wajahnya yang mungkin sekarang berumur belasan tahun.
Lalu, Adek laki-lakiku, yang kuharapkan kelak menjagaku.
Dan terakhir, kamu, yang kuharap memang menjadi terakhir.
Itu dulu.
Iya, sepertinya mulai sekarang Daftarku jadi Lima.
Pahit memang.
Tak lagi menggosipkanmu dengan Tuhan, tak lagi mengirim puisi-puisi cinta yang hanya aku dan Tuhanku yang tahu.
Semoga, akan ada yang mengisi Daftar ke Enamku, kelak. Entah siapa. Wallahualam.

Rabu, 15 Mei 2013

Delusional Convers : Arah Pukul 3

0 commentfootprint
"Sendiri?"

"Iya,,"

"Skripsi?"

"Bukan, tugas kuliah.."

"Akuntansi ya?"

"Iya.."

beberapa jam setelah berkutat tanpa suara...

"mau permen?"

"nggak, makasi" sambil tersenyum menolak halus.

"namamu siapa?"

"seseorang.."

Orang itu mengernyitkan dahi.

"diamlah, aku tak ingin diganggu, apalagi sekedar kenalan basa-basi", dalam hatiku.

"oh, mungkin kamu sedang sibuk, tapi ketahuilah menambah teman tak masalah bukan?"

Aku tersenyum.

"aku hanya sedang berduka, hatiku sedang tak ingin ada ruang untuk orang baru, sekedar kenalan pun.", lagi-lagi dalam hati.

"Senyummu manis, diam membuatnya mendung, apalagi bersedih. Seperti hujan saja. Tersenyumlah." Dia berlalu.

Kamis, 09 Mei 2013

Happy Gloomy!

0 commentfootprint
Baru kali ini pengen ngrasain kecelakaan. Iya, kecelakaan cantik kayak yang di sinetron. Tidak sampai berdarah-darah tapi bisa bikin amnesia. Iya, rasanya malam ini saya berasa tak tahu diri sekali. Sedikit menghujat pada malam, kenapa saya bisa begini sok tegar padahal rapuh. Pengen istirahat dari pikiran kacau dengan berbaring cantik di rumah sakit sebagai kompensasi tanpa dihantui rasa bersalah karena harus meninggalkan kewajiban aktivitas. Ya, kan ceritanya lagi sakit.
Welcome gloomy! I got a dementor's kiss. Bumi menunjukkan gelapnya pada pukul 22.00, dan dengan beraninya saya melancong sendirian hanya dengan pakaian rumah pendek dan sandal jepit. Tanpa hape ataupun dompet. Impulsive riding.
Malam bisa saja lebih pengertian daripada mereka yang bernyawa sekalipun ternyata. Memberi ruang gerak sebebas-bebasnya untuk menangis.
Terkadang mereka yang bernalar tak nalar sekalipun dalam berbicara. Dan lebih baik saya diam, membaginya dengan angin. Iya, kali ini angin malam.
Entah hari ini saya mengambil keputusan yang terlalu berani. Ini kumulative dari perasaan-perasaan yang sudah mengendap lama dan tiba-tiba muncul ke permukaan karena sebuah trigger.
Mencintai orang berlebihan membuatku takut sendiri. Takut cinta itu tak bisa diimbangi dan suatu saat saya-yang-lain menuntut orang tersebut mencintai sama sebesar yang saya inginkan.
Iya, kupikir saya terlalu mencintainya berlebihan kali ini. Dan saya sendiri yang memangkasnya. 
Sudah kubilang mereka yang bernalar tidak akan bisa senalar denganku atas alasan-alasan kenapa aku memangkasnya.
Kadang jika kamu mempunyai koin yang bagus dan takut kehilangan, suatu saat rasanya koin itu ingin kamu buang ke jurang, sebagai kompensasi ketakutanmu itu agar bisa hilang.
Seperti sekarang ini, menurutku dia adalah koin yang paling bagus yang pernah saya punya, saking sayangnya, saya melepasnya agar saya tak terjebak dengan rasa ketakutan akan kehilangan. Kadang melepaskan bukan berarti kehilangan. Kamu masi tetap disini, hanya wujudmu saja yang aku lepas. Sebagai akibatnya aku harus menelan sendiri bulat-bulat memori yang pernah terekam dalam limbik dan menyaksikan neuronku beramai-ramai menontonya di dalam bioskop tempurung otak. Aku tahu konsekuensinya.
Maaf jika aku melepasmu, karena aku sadar aku mulai berlebihan menyayangimu.

I wish i never looked
I wish that i could stop lovin' you so much...


Senin, 28 Januari 2013

Almh. Zulfa

0 commentfootprint
Teruntuk adekku,

Aisyah Zulfa,
Sudah 16 th berlalu sejak 21 April 1997, tak sekecap pun pernah kudengar atau melihat seujung rambutmu. Tapi entah mengapa, mbk selalu merindukanmu. Kukirim 7 ayat Al Fatihah tiap hari sehabis lima waktuku untukmu, agar kau tau ada mbk yang selalu menginginkan mengecup pipimu di dunia. Salam untuk surga. Bawakan bau harumnya untuk mbk sebagai pengantar suatu saat ya, kupikir kamu akan lebih cantik dari mbkmu ini. :') Mbk, kangen. Sangat.



Love you so..

Minggu, 20 Januari 2013

Kala

0 commentfootprint
Lagi-lagi senja.nya Magelang menyambutku. Hari ini hari Minggu dimana ksatrian-ksatria muda itu menampakan coklatnya di antara kerumunan warna-warni. Tapi tidak untukku, melihatnya saja sudah membuatku bungah. Mengheningkan cinta berdua itu lebih dari sekedar cukup, dengan jari-jariku yang terbalur oleh tangannya. Untung detik jam pun mengerti, berdetak melambat, untuk tak membuatnya cepat berakhir.
Tapi, kenapa selalu ada peculiar moment setiap akan ada perpisahan. Dan aku tak mau, detik-detik terakhir tergores dengan kobaran pikiran-pikiran negatif. Aku masih tersenyum. 
Kuayunkan langkah kakiku dengan berat, disini aku masih bisa menahan. Ku dikte otakku untuk terus berpikir "Mereka hanya berteman" . Kurapalkan seperti doa.
Sesampainya dirumah, tanpa membawa apa-apa kulaju sepeda seperti biasa. Impulsive Riding. Aku ingin berbagi cerita dengan angin. Mengurai benak yang tadi tak sopan melintas. Foto itu masih terekam dengan jelas dari benakku, aku ingin menguraikannya dan menitipkannya pada angin yang mengiringiku. Aku tak mau menyimpan benak yang membebani. "Mereka hanya berteman" terus itu saja yang aku rapalkan. Tuhan, aku sedang bercerita dengan alam, melihat angin yang bergelayut manja membelai jilbabku mengisyaratkan mereka mendengar benakku bercerita. Gerakan -pukpuk- semu mungkin. Lambaian dedaunan berbisik lirih bahwa "Semua baik-baik saja, bertawakallah, serahkan pada Tuhanmu, biarkan Dia yang menyutradarai."

Kamis, 17 Januari 2013

Magelang's Twilight

0 commentfootprint
Ini bukan serial twilight saga yang di film-film itu ya, tapi lebih excited dari sekedar sebuah film, ya senja di magelang :'))
Semua berawal dari alif dan belum berakhir di ya', ini lagi proses,
Ceritanya liburan ini sedang diisi dengan kegiatan magang, sebuah kegiatan dimana mahasiswa diwajibkan dari kampus minimal satu bulan untuk menjalani proses kerja lapangan di sebuah perusahaan/instansi yang dipilih. Dan berhubung karena keterbatasan waktu, pertimbangan individu, saran keluarga, saya memutuskan di KPP Pratama Magelang.
KPP Pratama Magelang
Kantor yang beralamatkan di Jalan Veteran no 20, Magelang ini deket banget sama Karesidenan tempat Museum Diponegoro berada, dikelilingi beberapa instansi pemerintah juga, dan hanya berjarak 10 menitan dari rumah saya kalo gak kena macet atau lampu bangjo. *Eh, sejak kapan magelang macet?*
Hari pertama saya ditempatin di bagian Umum karena jadwal yang asli belum ada, selama 3hari disini kesannya nyenengin, ya lumayan orangnya rame-rame meskipun kerjaannya gitu-gitu aja sih, mungkin karena masi newbie, di bagian umum ini garis besarnya ngurusin pegawai dan pengadaan dll, nah hari ke4 saya sudah muter dan dapet di bagian Pelayanan, katanya disini seksi yang paling sibuk, karena ngurusi SPT Tahunan dll, apalagi ini adalah masa pengumpulan SPT Tahunan, untuk Wajib Pajak Orang Pribadi maksimal pengumpulan SPT Tahunan adalah akhir Maret sedangkan untuk Badan Usaha akhir April. Disini saya banyak tanya karena emang pengen buat laporan magang yang berhubungan dengan bagian pelayanan dan waskon, tapi mungkin baru sehari ya masih banyak yang harus digali lagi, santai masih sampai tanggal 22 Feb kok *pingsan*. Pengalaman baru kerja di instansi pemerintah, ternyata di pajak itu ada sistem reward and punishmentnya, katanya sih satu2nya instansi yg nerapin sistem itu, dampaknya ke gaji mereka, jadi setiap 6bulan sekali ada assessment atau penilaian yang dilihat dari beberapa aspek, dari kumulatif nilai itu yang nentuin dapet tambahan tunjangan berapa *kayaknya sih gitu** trus dipotong berapa persen jika ada keterlambatan masuk atau ijin lebih dari 2hari meskipun itu sakit.
Nah, jam kerja disini dimulai dari 07.30-17.00, keren kan? *pingsan* cukuplah buat saya tambah gak bisa begadang di rumah, karena dipastikan habis isya saya sudah bobo manis :'). Waktu pertama disini hal yang paling suka adalah ngeliat balkon depan kantor lantai dua, disitu terlihat jelas gunung Sumbing jika tak berkabut, aseli itu nyenengin banget. Tiap keluar ruangan kepala saya mesti "meleng" sambil ngeliatin gunung :')) , dan hal lain yang paling saya sukai adalah pulang kantornya, haha, selain ditunggu-tunggu, ini asik banget, kebetulan dari kemaren pas pulang, magelang gak diguyur hujan, jadi tiap sore saya bisa keliling dulu sebelum pulang kerumah. Saya begitu menyukai senja di Magelang, apalagi sehabis hujan. Suatu saat ini yang bakalan saya kangenin dari kampung halaman saya, keliling magelang sehabis diguyur hujan di sore hari. :'))
Hal lain terselo yang saya lakukan adalah muter rute jalan pulang, secara de facto rumah-kantor itu jalannya lurus lempeng aja yang memakan hanya 10menitan, tapi berhubung selo banget saya mesti ambil jalur kiri setelah SPBU Kejuron yang menuju alun-alun, melewati pecinan, dan AKMIL :)) hahaha saya paling suka bagian akhir, ceritanya karena sepanjang jalan Gatot Subroto itu kan dirindangi oleh pepohonan, bagus untuk udara sore dan juga curi-curi pandang ke arah kiri, walaupun saya tau imposible banget ngeliat dia di waktu-waktu yang tak biasa ini. Hahaha
Bagi kamu yang belum pernah mengunjungi magelang, disarankan banget nih, sekarang magelang tampilannya udah lumayan eye-catching, disana-sini ada progress perbaikan, trotoar yang nyaman untuk pedistrian, lampu bunga warna-warni, alun-alun kota yang tertata rapi, oya kalo malem minggu nongkrong di kucingan alun-alun gitu recommended juga lho, hahahaha *tampang-tampang kucingan* pokoknya magelang sekarang bikin tambah homesick :)))


Kamis, 03 Januari 2013

Should I?

1 commentfootprint
Pertama kali postingan di tahun 2013.

How time flies so fast, even it doesn’t have any wings. Since I have started this blog there were so many stories had been crafted. Tapi kebanyakan saya nulis kalau lagi deeply down, gak enak, atau pengen curhat. Oh, men, I m just human being, aren’t I? :) People is tend to tell everything that they wanna share in socmed now. If I could say, Facebook is a site on which people could add many friends from all of the world, and twitter is a site on which your mouth is full up of triffling thought.
Like nowadays, selalu berawal ‘entahlah’, why do I always ‘entahlah’ in every my writing? Entahlah. Oops, Gotcha, I did it again. 

Iya, beberapa hari ini saya lagi ngrasain gak enak. *yeah like as usual* Saya nangis, *yeah so melted heart of mine* Saya nangis ketika membaca Al-Quran, antara bersyukur, random dan emang pengen nangis aja. I feel so gloomy, ngrasa belum siap tiba-tiba ketika saya membuka mata, tidak ada Chiko yang saya peluk, tapi tangan saya digenggam oleh Munkar-Nakir. Nah, itu dia. Saya merasa akan berumur pendek. Astaghfirullah semoga ini bukan doa. Kemaren sempet ketika sms.an sama ibu, ibu bilang beliau juga lagi sesenggukan *ah, trenyuhan saya memang diturunkan dari beliau* katanya nangisi dosa-dosa atau cobaan yang pernah beliau lewati, saya sempat mengetik “buk, lia ngrasa umur lia gak lama” tapi langsung saya hapus. Ini kalo benar-benar saya kirim, entah nangis sejadi-jadinya kayak gimana ibuk saya nanti. Dan terlalu melodrama bukan sih? Tapi, emang itu yang saya pikirkan beberapa hari ini. Bagaimana jika memang umur saya gak panjang,ah masih banyak harapan-harapan yang belum saya capai, belum bisa membanggakan apa-apa kepada orang tua, dan saya ingat dosa. Ah klise memang alasan terakhir bagi orang2 golongan kiri. Tapi aseli, nangis. Tiap hari terngiang-ngiang hadis :
“ Bekerjalah untuk duniamu seakan akan kamu akan hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan akan kamu akan mati besok  ( Al Hadist )” . 
Deeply sad. Saya hanya ingin menjadi orang yang berguna bagi orang lain. Entah itu berapa dikasihnya umur, saya pengen dikenang di hati orang lain sebagai sosok yang baik. Cukup baik. Cukup membuat orang lain nyaman dengan keberadaan saya, membuat mereka tersenyum, atau merindukan kehadiran saya. It means everything to me. Makanya, paling gak suka ketika ada orang lain merasa kecewa terhadap saya, atau dengan tidak sengaja menyakiti mereka, membuat mereka sedih, rasanya jadi useless seketika. What my life’s for. Saking begitunya, banyak orang yang menuntut lebih, saya harus begini begitu, for some cases, I am being somebodyelse,it just wanna make them happy. Susah ya jadi orang baik. :)
Its just a bullsh** when a motivator said 'be yourself'. Oh, men, they should have been never had a figure whom they adore. Like Chuck Palahniuk said, "Nothing of me is original. Iam the combined effort of everybody that I've ever known." Absolutely, I agree.  Saya pernah belajar sosiologi tentang Identifikasi atau Imitasi. Identifikasi disini adalah  kecenderungan atau keinginan seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan), sedangkan imitasi adalah suatu tindakan meniru orang lain. Disadari atau tidak semua orang pernah melakukannya, it means nothing is original of you, it happened when you grew up. Jarang orang memilih jalannya sendiri dengan mengabaikan lingkungannya, kalau pun memilih antimainstream pasti dia pernah dikucilkan atau memang secara tidak langsung 'merasa dikucilkan'. Cos its not their own way, they have their own way which is different from the others. Kayak ulasan saya tentang Radit dan Jani sebelumnya. Mereka memilih jalan yang berbeda dan dikucilkan oleh keluarganya. YA, KARENA SEKALI LAGI HIDUP ITU PILIHAN, SODARA, kata Lerry Noviatama. :))
Kayak memilih orang yang kita suka. Saya kadang merindukan masa-masa SD dulu, bahkan TK. Sejauh otak limbik mengingat, saya dulu TK sudah pernah naksir sama seorang bocah ingusan. Jaman2nya naksir tanpa tau kenapa kita naksir. Haha, but it doesnt have a reason why we could flirt someone. Ya, maybe we can back the old word, that loving someone doesnt have a reason, its called truelove. Nonsense buat jaman sekarang. Gak ada istilahnya suka orang yang benar-benar just the way you are. Sesimple kita menyukai seseorang karena senyumnya? Hei, itu sudah mengindikasikan sebuah alasan lho. Apalagi kalau sudah menyangkut masa depan, alasannya bisa dari A sampai Z. Harus yang beginilah, begitulah. :( Can we make it easier, dude?
Tapi memang seorang perempuan itu dinikahi karena 4 hal:
"Perempuan dinikahi karena empat perkara : kecantikannya, keturunannya, hartanya dan agamanya, maka pilihlah yang terakhir niscaya kamu akan selamat (HR Bukhari dan Muslim"

Hanya bisa berdoa, semoga selalu diberkahi umur panjang yang berkah dari Allah, dan  diberi kemudahan dalam berjodoh yang terbaik menurut sisiNya dengan lelaki yang memilihku karena agamaku. Semoga. :)

 

A Walk to Remember Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template