Jumat, 30 Desember 2011

Paper-ania

0 commentfootprint
mereka menunggu dijamah
teronggok pada pojok meja 
dan berkeliaran pada file-file unhidden
sebuah kotak ajaib yang dijinjing kemana-mana
lihatlah pemiliknya!
berkantung mata panda, dengan rambut yang acak-acakan
dan pikiran yang seruwet benang kusut
Tolong, kertas-kertas ini menyiksaku!

Rindu itu . . . .

0 commentfootprint
rindu itu hanya sebatas tembok yang berdiri bersisihan.
tiap jengkalnya yang mendinginkan
memantul pada sudut-sudut lembap yang terasingkan
dirayapi oleh cendawan dan lumut yang menggoreskan
kenapa tak kita robohkan saja tembok itu?
dan mulai saling menatap?
Iya, mataku dan matamu
terlihat sebuah kerinduan tanpa batas yang terpancar

Kamis, 29 Desember 2011

I Called it as "AIIIIIIIIB" XD

3 commentfootprint

ini sebenere aib seaib-aibnya, karena saya belum pernah melakukan hal konyol seperti ini, saya sadar suara saya bahkan lebih fales dari kaleng rombeng sekalipun. buhahahahah tapi saya lakukan untuk sesuatu yang saya sukai, yah i love doing this!

NB : ketawalah terlebih dahulu, sebelum anda pingsan gara2 muntah. buahahahaha

Saya gak bisa tidur :)

3 commentfootprint
Jujur ini ya, saya gak bisa tidur malam ini, eh bukan mata saya yang gak bisa tidur tapi pikiran saya.
Jujur untuk kedua kalinya, saya kecewa :). Saya merasa pernyataan-pernyataan semua itu semakin menepiskan harapan saya. Mungkin inilah yang dinamakan kecewa, ketika pengharapan kita tak sesuai dengan apa yang kita ekspetasikan. Lha ini salah saya sendiri, mungkin saya yang terlalu menyikapinya berbeda. Padahal biasa aja. Kecewa itu datangnya dari saya sendiri, jadi yang saya salahkan diri sendiri. Ini terlalu sulit. Mungkin untuk sementara. Benar, memang tak semudah itu ngeyakinin seseorang, apalagi menyangkut masalah hati. Jujur untuk ketiga kalinya, saya bingung harus bersikap bagaimana. Gak enak rasanya ketika pada kondisi untuk mundur susah maju aja susah, merasa seperti kegencet diantara bus dan truk yang melaju kencang.
Tolong jangan bertanya kenapa, jika saya diam dan mundur perlahan-lahan. Saya butuh waktu. Memang waktu tuk lebih memahami sebenarnya apa yang saya rasakan pada dasarnya. Maav buat ibuk yang sebesar-besarnya, :), buat temen-temen yang uda ngedukung saya habis-habisan, saya pasrah aja deh. Dan tolong plis jangan nanya2 mulu "kamu kapan ul?" itu terlalu sensitif. Gak mau kan ntar sepatu saya melayang? buahahaha
*curcol tengah malam*

Senin, 26 Desember 2011

"apa itu (?) dan apa ini (?)" ada yang tau?

0 commentfootprint
26 Desember 2012, "Hei you, Happy B'day"  :)
Apa itu yang membuatmu mengajakku tuk menempuh perjalanan jauh,
tuk sekedar menyapa belahan dunia yang lain (?).
Apa itu yang membuatmu memberikan ruang di bahumu,
tuk sekedar menopang sebuah wajah kantuk memelas yang mungkin menyebalkan ini (?).
Apa itu yang membuatmu rela memberikan lengan bebasmu,
tuk sekedar memberi pegangan tangan kelelahanku (?).
 Apa itu yang membuatmu sudi berbalik arah, berputar,
tuk sekedar ada orang yang harus dilindungi dari hujan yang yang berlarian mengejar (?).
Apa itu yang membuatmu tertawa,
kata ibuk, ketawamu manis, muahahaha XD
membuat kedua ujung bibirku pun mau tak mau membentuk lekukan seperti bulan separuh dengan dua titik di atasnya > :D , karena ada aliran listrik dari tawamu (?).
Apa itu yang membuatmu rela menempuh beberapa kota,
tuk sekedar berbagi kedinginan yang menggigit (?).
Apa itu yang membuatmu diam,
meski ada hidung yang kurang ajar, mencuri bau harum tubuhmu dan menyimpannya dalam sebuah file unhidden di otaknya (?).
Apa itu yang membuatmu peduli,
berbagi kantung jaket yang sama, meski tanganmu sendiri tak berkantung apa-apa (?).
Apa itu yang membuat telingamu rela terkontaminasi suara faless nyanyiankuu (?).
Apa itu yang membuatmu mau menghabiskan sisa nasiku karena perutku terlalu tak sopan membatasi asupan dari mulutku (?)


Apa ini yang membuatku ingin sekali berkata
"apakah ini nyata kamu ada di depan mataku?"
Apa ini yang membuatku ingin menahanmu lebih lama,
tuk memastikan memang kamu benar-benar ada di depanku (?).
Apa ini yang membuatku ingin memelukmu dan berbisik " I wont let u go, I'll be all that u want"
Apa ini yang membuatku ingin mengusek-usek ingusku di jaketmu,
tuk sekedar menandai bahwa bahu itu ada yang punya, seperti seekor beruang madu yang menandai wilayah kekuasaannya (?) *blaaah, kasian sekali nasib jaketmu ntar*
Apa ini yang membuatku, menunduk salim takzim,
sesuatu yang tak sembarang kulakukan untuk sembarang orang.
Apa ini yang selalu membuatku bertanya-tanya, "apa sih ini namanya?"

Atau hanya aku yang bertanya "apa itu dan apa ini", dan kau tidak? Mungkin begitu.



Antara Banjar-Magelang,25 Desember 2011



Salam "apa itu" dan "apa ini".

Kamis, 22 Desember 2011

Mimpi yang Tertunda bukan Terpendam

1 commentfootprint
Berbicara soal mimpi.
Ada sebuah impian sederhana yang sebenarnya bisa dicapai jika saya memang benar-benar berniat untuk itu.
Belajar lagi Deutsch atau Bahasa Jerman,yang bertahun-tahun lamanya mengendap di bawah tumpukan materi-materi perkuliahan sehingga membuatnya menjadi seorang anak tiri yang terlupakan? Ya, bahkan saya sudah melupakannya.
Selain bahasa Indonesia, bahasa asing yang masih familiar sejak kecil adalah bahasa Inggris dan bahasa Arab.
Itupun semuanya tak ada yang benar-benar saya kuasai. Sejak diperkenalkan dengan bahsa jerman di bangku SMA entah kenapa saya jatuh cinta. Apa tanggapan teman-teman? Mungkin saya dianggap freak atau nerd, notabene bahasa jerman pada waktu itu semacam muatan lokal yang tidak begitu penting untuk dipelajari mungkin.Tapi saya suka.
Ketertarikanku mulai membuncah setelah naik kelas 2 SMA.
Bukannya sombong, tapi dulu temen-temen sering menjadikanku sebagai dewi penyelamat untuk ujian jerman. #berasa turun dari kahyangan#
Udah gitu, yang gak remidi mesti orangnya itu-itu aja. Buahahaaha
Apalagi kalo tugas sehari-hari, jawaban satu kelas hampir sama, sampe2 saya terpingkal-pingkal dengan pernyataan bu guru saya itu, sambil kibas poni beliau berkata, "ah, meneliti jawaban yang sama itu membosankan".  Inget gak Lerry Noviatama? Kita berdua ngakak ngedengernya.
Dari ketertarikan itulah tumbuh impian yang saya gantung di atas langit-langit kamar saya. 
Biar tiap hari bisa diliat sebelum memejamkan mata, menanamkannya dalam bunga tidur, dan hal pertama yang kuingat saat kubuka mata.
"Saya pengen menginjakkan kaki di negeri Hitler itu". Berlebihankah?
Mimpi itu sedikit agak tertunda, sedikit? Banyak dink, dengan jadwal kuliah yang unpredictable dan terkadang saya membantu mengajar murid SMA membuat saya berpikir dua kali, eh ehmm lima kali dink buat ikut deutsch course. Gimana kalo jadwalnya bertabrakan, gimana kalo tentornya gak seasyik yang saya bayangkan, terlebih harus ada ekstra dana dari kocek sendiri karena saya gak mau merepotkan lebih banyak dari orang tua. Dilihat dari urgentnya pun, kalo boleh saya katakan itu "sangat tidak mendesak" dan tidak mensupport bidang akademik yang sedang saya tempuh. Mungkin bagi mereka, keinginan saya ini sangat amat tidak penting yah, "ha? buat apaan les jerman?" TAPI SAYA PENGEN. Itu saja alasan yang cukup kuat bagi saya.
Keinget, dulu guru SMP saya pernah nyeletuk, "orang yang pintar adalah orang yang bisa menguasai banyak bahasa". Baru sekarang saya benar-benar memahami, bahasa itu induknya ilmu menurut saya. Segala ilmu itu dibahasakan agar orang bisa memahami ilmu itu sendiri. 
Melalui grafiknya, melalui vektor, aksara, angka, menurut saya semua itu bahasa! Bahasa itu simbol dari pendeskripsian sesuatu.
Coba aja deh, liat temenmu yang bisa cas-cis bahasa asing, mereka kelihatan pintar kan? Karena mereka menguasai simbol, menyusunnya dalam sebuah linear SPOK dan bisa mengkomunikasikan simbol-simbol itu.
Untuk itu, impian saya yang tertunda adalah belajar bahasa jerman, bukan berniat agar terlihat lebih pintar terlebih karena saya ingin sekali belajar ke negeri aslinya.
Mungkin jika saya boleh memahami hadist nabi dengan akal cetek saya "Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina" itu bisa bermakna tuntutlah ilmu sejauh-jauhnya, sampai kamu bisa melihat dunia dari sisi luar, tidak seperti katak dalam tempurung,  dan bisa bermakna pelajarilah bahasa yang mereka gunakan, dulu kan nabi pake bahasa arab, belajarlah bahasa cina yang mungkin sulit bagi mereka. Yah, itu cuma pemahaman cetek saya aja. Tapi lumayan memperkuat pondasi keyakinan saya, bahwa belajar bahasa lain itu PENTING.





Ibuk ~dengan tekanan "k" diakhir kata~

0 commentfootprint
jejak usang, kiri-kanan, mbk,ibuk,aul,mas
Hari ini hari ibu ya?
Sempat tadi setelah membuka mata pertama kali hal yang kupikirkan adalah sms ibuk. Sekedar mengucapkan selamat hari ibu, berujar doa, dan sama mengamini.  Sebenarnya hari mengkhususkan itu hanyalah sebuah momentum, kesannya kalo gitu tanggal 22 desember aja kita ingetnya sama ibu ya? Kayak kita baru inget lagu kebangsaan Indonesia kalo pas 17-an aja. Miris atau bangga?
Pagi ini pun segala jejaring sosial, twitter, fb, PM BBM, DP BBM, bertemakan ibu, benar-benar dari hati atau hanya mengikuti arus tuk sekedar dicap sebagai anak berbakti oleh orang lain? Lagi-lagi, saya itu skeptis banget yah. Hahahah yah urusan orang lainlah. 

Ibuk, saya suka memanggilnya begitu, dengan tekanan pada akhiran konsonan "k", bukan mama, bunda, mami, emak, biyung atau sebutan lain bagi induk semang manusia itu. Kalo memanggil "ibu" saja terkesan jadi pelajaran bahasa indonesia dulu sewaktu SD, "ibu" itu "ibu-nya" B-U-D-I. Ingat? I-N-I   I-B-U    B-U-D-I. Dan saya A-U-L-I-A bukan Be-U-De-I. Sekian.

Jujur, saya semakin dekat dengan ibuk semenjak remaja ini, dulu kalo boleh saya bilang, perhatian ibuk tendensius ke mbk saya, apa-apa mbk saya, dibeliin apa-apa mesti buat mbk, sampe-sampe saya lupa saya itu dulu punya boneka gak ya? Tapi yang saya tau, mbk-lah yang sering maen maenan cewek begituan. Masa kecil saya malah kebanyakan di luar rumah, maenan layangan, panjat pohon rambutan, maen beteng-betengan, maenan rumah-rumahan tanah, masak-masakan di kebon, petak umpet, kebanyakan temen rumah pun anak laki-laki. Pokoknya dulu saya dekil, kecil, item, idup pula, tipe bocah yang di "Bocah Petualang"  itu, ya semua berkat disorientasi pergaulan #pokpokjidat. Nah, semenjak mbk saya nikah ini juga, saya jadi apa-apanya lari ke ibuk, sampe-sampe curhat soal ehm ehmm kaum adam #blushing. Ibuk saya tahu semuanya. Memang terkadang kami sering berbeda pendapat dalam menanggapi permasalahan tertentu, gak memungkiri kadang saya suka ngambek, marah-marah gak jelas bahkan sempet pernah ngebentak gara-gara saking meledaknya saya. Tiba-tiba, semua itu membuat saya merasa bersalah, menangis, setitik nila membuat adukan susuku berubah warna.
Sekarang, setelah semakin mengerti betapa perjuangan ibuk saya berat, sejauh apapun saya ingin menggamit tangan keriputnya, memberikan setitik embun di masa tuanya, menjadi buah yang masak dan memetikan untuknya. Sungguh, demi apapun di dunia ini, "ya Allah ya rakhiiim, tolong lindungi ibuku, selagi tangan saya tak mampu merangkul, berilah dia kekuatan tuk jalani sisa umurnya di kala saya tak mampu memapah, payungi beliau di bawah ridho-Mu di kala saya tak mampu memberikan apa yang beliau ingini, berikan sandaran di waktu bahu saya berkilo-kilo meter jauhnya dari tempat beliau berada, hapus air matanya di kala saya tak mampu menyekanya, Saya mohon beri kesempatan tuk beliau bernapas lebih lama sebelum saya benar-benar memberikan embun penyejuk untuknya, hamba mohon dengan segala kerendahan hati dengan segala kepapa-an hamba, dengan segala daya upaya hamba, hamba mohon dengan amat sangat, ya rahmaan."

Sebelum hamba siap melihat beliau terbujur kaku, hanya dengan selembar kain putih yang membelit,
sebelum orang-orang itu mendendangkan symphoni dari ayat suci YaasinMu, sebelum mereka berbondong-bondong memandu tubuh kaku itu ke tempat peristirahatan terakhirnya, saya mohon ridhoi hamba menjadi anak yang berguna, setidaknya berguna bagi hidup saya dan orang tua khusus ibuk saya. :"(

"Sometimes I feel my heart so lonely but it's ok, no matter how they just left me and I don't care, whenever the rain comes down and it's seems there's none to hold me, she's there for me, she's my mom.
Just for my mom, I write this song
Just for my mom, I sing this song
Just for my mom, can wipe my tears
Just for my mom, can only here
Trap in a subway, can't remember the day but I feel ok, damped in damn situation, in every condition with no conclusion, whenever the rain comes down and it's seems there's none to hold me
She's there for me, she's my mom

You may say I have none to cover me under the sun
She's there for me, she's my mom"


Sujud sungkem untuk ibuk, 
anakmu yang sedang berjuang untukmu.


Minggu, 18 Desember 2011

"See Older Messages" at FB

0 commentfootprint
7 november 2011
disini mendung berarak
terdistorsi oleh gelapnya langit malam
mungkin mewakili apa yng ingin
kusampaikan padamu
"Tidar hujankah?"

semoga rinai hujannya tak membekukan hatimu

secangkir lemontea
ku sesap hingga tandas, mendengar
celotehanmu
sembari melihat sebuah paras
paras sumringah yang membuat
jantungku berdegup tak biasa

sabtu pertama
sabtu kedua
sabtu ketiga
sabtu keempat
sabtu kelima
sabtu keenam
bukan waktu yang pendek tuk menanti
sebuah pertemuan
tapi waktu yang terlalu pendek untuk
menguji sebuah kesetiaan

kuharap suatu saat ada dua pasang bola mata
yang menatap langit yang sama.

sampai tandas ku sesap, sedalam itukah kesabaranku untukmu? bolehkan ku bertandang dalam pondasi hatimu tuk sekedar membantumu menopang agar tak sendirian dalam meredam kenangan pahit masa lalu?


17 September 2011.


Sabtu, 10 Desember 2011

Secuplik Senja Tadi

0 commentfootprint
09.12.12

Pertama kali pulang semenjak idul adha berlalu sebulan lebih yang lalu.Tadinya sih gak kepikiran mau menghabiskan weekend ini di rumah mungil kaki bukit tidar itu. Jujur, saat ini daya tarik magelang berepisentrum di kamu :), entah keberadaanmu yang membuatnya istimewa atau magelang yang membuatmu menjadi istimewa, hanya saja kamu membuatku merasa hummy. Meski hanya terpaut tak lebih dari selayang pandang mata melirik, kamu terlihat jauh terhalang tembok tinggi berpagar hijau terkepung pinus yang membentengi. Walau tak bertemu secara langsung, tapi itu cukup membuatku bungah mengetahui gumpalan langit yang kulihat dia atas sana, juga terlihat olehmu dibalik sana.

***

Menggenjot sepeda dari solo ke magelang itu suatu momen having quality time banget bagi saya. Menjejalkan sumpalan telinga yang mendendangkan harmoni, bermodal jaket yang berkibar bak bendera yang dikerek, helm butut kesayangan pertama yang kubeli semenjak SMA, dan wuzzz melajulah sampai titik 100km per jam.
Wohooo, rasanya get my freedom banget. Bagi saya, jalanan serasa tempat karaoke gratis sepuas-puasnya sampai tekak bergoyang di tenggorokan tanpa orang lain menghiraukan karena suaramu akan hilang terbawa angin.
Iya benar, sampe teriak-teriak lho, toh suaraku memantul pada slayer dan berturbulensi di dalamnya, ahai tak ada yang mendengar kan? #senyum
Terlebih lagi jika ada plat AA menyembul dari arah belakangku, dan melesat seperti mengejeku yang jauh tertinggal. Biasanya naluriku langsung membuncah, bagi saya itu semacam tanda bahwa dia ingin menantangku.
Oke, akan saya layani. Jalanan jadi semacam sirkuit abal-abal dengan pembalapnya yang juga gadungan. ahai. Memang saya tak lihai jika menantang mereka-mereka yang memakai motor kapasitas jok yang sering terlihat cewek nungging di belakangnya, (heran deh ya gak pegel apa itu punggung, mbk? ), sadar saya hanya pake matic yang ngegas pol sampe 100 km per jam terkadang sudah bisa merontokan sparepart motor itu sendiri. Pewh. Jangan heran dengan penampilan saya yang kadang berbanding terbalik dengan kepribadian, kalo saya boleh memilih saya lebih pengen mengendarai motor koplingan ketimbang model scoopy. Tapi sayang seribu sayang, tubuh saya terlalu renta hanya sekedar memegang stangnya saja, (ohhh meeen, beraaat!) :| What the fuss!

***

Magelang banyak berubah. Seperti biasa ritual yang sering saya lakukan setiap pulang, "Melawan Angin", saya itu pemburu sore, pemburu senja, the twilight hunter. Saya pernah bermimpi bagaimana menyaksikan senja di Gunung Kilimanjaro? Melihat bola api pijar itu ditelan ufuk hingga sebatas cakrawala? Incredible!!
Lamat-lamat ku menyusuri jalanan kota magelang yang saat ini sedang dalam pembaharuan. Wew! Berapa dekade.kah saya gak pulang, sampai-sampai banyak perubahan yang kudapati dari kota kecil yang bertahun-tahun menjadi kepompong childhoodku ini?
Saya menyukai hiruk pikuk ini, saya menyukai sudut kotanya yang sering buat asyikmasyuk segerombolan remaja itu, saya menyukai tower air raksasa itu, saya menyukai patung mbah dipo yang entah siapa yang ia tunjuk walau kumpeni telah hengkang beberapa abad silam, saya menyukai bau udara pinus tempat kamu ditempa selama 4tahun, saya menyukai jalan A.Yani yang landai itu, pas untuk track gas pol, merasakan secuil satisfaction dari pembalap F1 di tipi2 itu ketika tempurung dengkul mereka nyaris beradu aspal ketika melengkung sentrifugal dari lintasan yang menentukan prestise setiap pembalap. Ya, secuil kiranya saya merasakannya. Bangga. Puas. Keren.

***
Ini malam minggu, tak berlaku buat yang mengikrarkan dirinya fakir asmara. Bukan berarti saya menjadi kaumnya tetapi tak berarti juga saya diapeli. Iya, benar.
Kau tahu? sms pertama kali ketika beberapa hari tak dihubungi itu serasa menemukan zamrud khatulistiwa di antara bongkahan arang hitam. Mencolok. Ya, rasanya amat sangat mencolok kebahagian itu terpancar di antara dua bola mataku yang berbinar-binar, mencolok sekali terpasung di sudut senyum simpulku, dan mencolok di lekukan pipi kiriku. Aku bahagia.
Mendengar suaramu itu seperti oase, serius ini bukan #gombalgembel, seandainya kau tahu diseberang sini ada semacam cupid-cupid kecil di atas kepalaku sedang menari-nari tarian hujan dengan panahnya, mengguyur hujan asmara, aaaaah terlalu lebay mungkin. Tapi benar, saya jatuh hati dengan aksenmu, tawamu, dan ehmmm suaramu. Addicted. Oh, wait, is it my confession? Amboi nian awak ni. #plak

aku.. sudah terbius oleh aroma pinus lembah tidar raya
selalu mengingatkanku adanya secuplik sisa umur yang sudah teralbumkan menjadi kenangan hampir 20 tahun
selalu mengingatkanku adanya ksatria-ksatria pembela bangsa
berpeluh debu selama 4 tahun tuk mengayomi negara


pinusnya menyembunyikan rahasia di balik bisikan-bisikan angin
yang berisikan endapan rindu dari perwira di balik tembok
untuk dunia luar yang terasingkan
menunggu angin yang kembali membawa kabar
bahwa ada orang-orang yang menunggu mereka,
tuk berkumpul, bercengkerama dan membayar lunas rindu yang dulu sempat tak terbalas.


aku.. sudah terbius oleh aroma pinus lembah tidar raya. ADR


Kamis, 01 Desember 2011

Willkommen Dezember!

0 commentfootprint
#decemberwish

Too many things that i want to do in this month. Too many plans that i noted on my stickynote. Too many happiness that I need to be realized.

But, overall, 26st will be my day. I wish.


Minggu, 27 November 2011

The Hurted Treasure

0 commentfootprint
Seharusnya harta karun itu menjadi sesuatu yang menyenangkan jika kamu suatu kali menemukannya terpendam, lapuk jauh di bawah sana. Yang ini beda, yang ada hanya bisa meringis menatapnya, nanar.

Kenapa harus ada, anehnya isi harta karunnya sudah saya ketahui sebelum cluesnya muncul. Semua clue yang ada hanya tambah memperjelas bahwa luka ketika menemukan harta karun itu semakin menganga.
Entah, sudah saya coba tuk menepis, rasanya gak ilang-ilang kayak dikasih borax. Sakit. Banget. Terima kasih bangetlah untuk kamu yang pernah menanamkan the hurted treasure untukku. Semoga kebahagiaan dilimpahkan untukmu, karena saya bilang ngerasa dikhianati itu menyakitkan. :) #senyumdatar

luka di hati itu gak ada plesternya

Kamis, 24 November 2011

Dont judge Aulia by her looks

0 commentfootprint
Saya ingin bercerita sedikit tentang what-a-beautyjerk-inside-ku, buahahahha. Kadang saya itu merasa mengalami disorientasi. Banyak hal dualitas tetapi terangkum dalam suatu "mono-viour" yang malah kadang membuat saya penuh dengan keabsurd-an.

Contoh : saya bisa menjadi boy-ish kalo saya mau, maen bola.lah, ngejar layang-layang putus.lah, naek pohon rambutan yang dulu banyak di belakang rumah.lah, mandi keringat sampe bau matahari saya jabanin. Pada dasarnya energi saya itu berlebih, jadi janganlah heran ketika cewek2 itu berteduh di pinggir lapangan, ada seorang gadis berjilbab yang asyikmasyuk dengan bolanya, entah itu bola basket atau voli atau bola sepak sekalipun. Saya masih inget ketika dulu waktu sekolah menengah atas, hanya beberapa gelintir cewek yang gandrung sama olahraga, ya salah satunya saya. Dimana cewek2 waktu ganti pakaian seruangan itu masi bau parfum masing-masing, saya sudah bau matahari+keringet khas anak sekolahan. =.=" I love making myself sweating.


Tapi saya bisa tampil sedikit feminim jika saya mau, i love taking pict of myself when i wear that longdress. Kata ibuk, saya cantik jika pake longdress atau rok panjang. Ah, ibuk mana sih yang gak memuji anaknya sendiri? Saya pakai apapun pasti beliau bilang saya cantik, padahal biasanya itu mungkin sekedar "ngayem2i" saya. Hahaha it doesnt matter, mom. :D

Banyak yang bilang saya pendiem. Itu kata2 mereka yang belum mengenal saya lebih jauh. Atau mereka yang baru saja ketemu dengan saya. Tapi kalo pernyataan tersebut disodorkan kepada mereka yang udah lama mengenal saya, mungkin mereka bakalan ketawa terpingkal-pingkal dan bilang "pendiem dari hongkong??" dengan alis yang terpaut dan disela-sela derai tawanya, Errr sudah cukup menjelaskan? Ya, saya memang pendiem dalam keadaan dan situasi tertentu, terlebih di lingkungan baru atau di lingkungan yang membuat saya tak nyaman, berasa roaming or sucha alien from outerspace gitu, jadi saya lebih memilih diam daripada nyerocos yang bisa membuat kening mereka mengkerut dan berpikiran "ki bocah ngomong opooo ngono". Saya pun bisa menjadi pendiem, salting dan cuma bisa senyum2 jika di depan "kamu" :). Bukan berarti saya sok jaim dan menutup-nutupi terlebih senyum saya itu lebih mewakili jutaan kata daripada kata-kata itu sendiri, terlebih saya ingin menikmati setiap Hz suara yang dihasilkan oleh kamu. Ya, kamu. :)
Jadi, saya itu bisa pendiem melebihi diemnya batu dan saya bisa sangat criwis melebihi beo yang belum dikasi makan pisang. :D

Apalagi ya? #hening sejenak#
Oh ya, berkaitan dengan pendiem mungkin saya banyak dinilai alim gitu ya? Ehm gak juga sih, saya suka mendengarkan lagu hiphop, rap atau apalah itu yang membuat saya sering dancingqueen sendiri di dalam kamar. Pokoknya jauh dari suasana musik si sulis dan hadad alwi. Sering memanggut-manggutkan kepala kayak burung woodywoodpacker, menggelinjang kayak cacing kepanasan gara2 joget2 gak jelas, kadang-kadang bahkan sering misuh-misuh jawa timuran, atau bercanda sarkasme dengan anak-anak kos saya yang superdupergila itu. Bahkan mereka sudah mengakui keabsurd.an saya ini. Saya ratu absurd bagi mereka. Pokoknya all of my absurdity itu jauh dari kesan alim dan pendiem. Mungkin kalo orang lain yang belum mengenal saya atau kita mereka bakalan hening dan berpikir "gilak, mereka pada ngomongin apa sih! sopan woy!" Pokoknya becandaan saya itu kadang roaming bagi mereka yang outgroup, saya pun bisa sangat tertawa diluar kendali bukan tertawa selayaknya cewek pada umumnya, tapi saya menikmatinya. :)

Tapi meskipun begitu, saya juga sangat concern sekali bagi ukhrawi , meskipun masi sangat amat duper super cetek, saya merasa gelisah kalo meningglkan 5waktuku, saya masih setia melantunkan kalamNya setiap petang menjelang dan subuh datang, meskipun hanya satu ruku' atau beberapa mushaf, atau saya mengusahakan merutinkan berbicara dari hati yang paling kecil ketika angin tak bersemilir dari dini hari pada Sang Pemilik Kalam. Atau menambahkan porsi lauk sunah saya pada tiap Senin dan Kamis. Kau tau apa motivasi terbesar setiap saya melakukan semua itu adalah perkataan ibuk saya, bagi saya itu semacam kata wasiat yang bakalan saya ingat terus "Ibarat, nek ora ana tambahan ibadah liyane, mung sholat wajib thok kaya mung makan nasi putih thok, tanpa lauk, arak tumbuh gedhe sko endi wong ra ana gizine" , sampe sekarang keingeeeet terus itu kata-kata. 
Jadi, saya bisa terllihat "urakan" tetapi saya bisa terlihat agak "religius".

Heran, saya hidup dengan dualitas dalam satu tubuh yang sama. But, it doesnt mean I am sucha hypocrite, itu hanya masalah sikap.
Memang benar, janganlah menjudge seseorang itu dari tampilan luarnya saja ketika kamu emang belum terlalu mengenalnya, jangan sok tahulah intinya. Bisa saja, orang yang kamu anggap jelek in converse malah dia sebenarnya baik, atau yang kamu anggap dia baik malah ternyata jelek. Get the point? :)
Hanya jadilah bangga atas dirimu sendiri jika kamu memang berbeda dari yang lainnya.

Kamis, 17 November 2011

Sampeyan Muslim?

0 commentfootprint
Agak tergelitik ya dicecar dengan pertanyaan yang agak menyentil begitu?
"Sampeyan muslim? Pedomannya apa? Al-Quran? Berapa ayat yang anda pahami di dalamnya"
Mampuslah itu pertanyaan sangat menyudutkan.
***
Kamis, seperti biasa jam pertama saya mulai dengan mata kuliah Ekonomi Islam, saya agak excited dengan dosen saya ini, dikarenakan setiap perkataan beliau selalu dihubungkan dengan ayat Al-Quran, kayaknya tu 5 cm dari keningnya ada tulisan ayat dan terjemahanya yang menggantung, jadi sewaktu-waktu beliau seperti menyontek tulisan depan keningnya, sangat cepat, akurat dan terpercaya. Exciting. Saya mulai berpikir berapa tahun beliau hapal dan memahami kalam Tuhan yang isinya lebih dari 6000an itu?
Pertanyaannya yang agak menyelidik, dari 6000an ayat itu berapa ayatkah yang saya pahami? Deg. Ehm, pertanyaan simple yang membutuhkan jawaban ekstra basa-basi. Sejujurnya, saya ingin menjawab "hanya beberapa pak." *menunduk lesu* . Tapi, melihat seisi ruangan yang tak bergeming, beliau sudah menebak apa yang ingin mahasiswanya utarakan, ya hanya sedikit dan itu pake bangett yang sudah dipahami ayat di dalamnya. Lantas, bisakah kita disebut hidup jika sesuatu yang selama ini kita gembar gemborkan dijadikan pedoman tetapi kita malah tak sedikitpun memahami pedoman hidup kita? Miris ya? Berarti kamu hidup tanpa aturan donk? *jleb
Pada dasarnya ratusan lembaran yang mungkin kalian agung-agungkan itu cuma berupa mushaf saja. Makna Al-Quran itu ada jika kita benar-benar memahaminya bukan hanya sekedar membaca Arabnya saja yang pasti dari 99,99% belum tentu paham kan? AlQuran itu adalah yang ada di dada kita, kalo yang kalian hadapi tiap hari itu hanyalah sekumpulan kertas. Al-Ankabut : 49, "Sebenarnya, Al-Quran itu adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada orang-orang yang berilmu. Hanya orang-orang zalim yang mengingkari ayat-ayat Kami"
Kok ngrasa saya jadi makhluk ciptaan gak tau diri banget ya. =.=" Bersyukur seharusnya, manusia yang hidup jauh dari kehidupan sebelumnya ketika ayat diturunkan, iyalah karena kita gak perlu ngalamin cerita-cerita out of mind di dalemnya, cerita-cerita yang membuat kita bergidik, amaze, atau semacamnyalah, kita sekarang cuma disuruh mbaca, memahami dan mengamalkannya aja kok udah ngeluh malah kayaknya kerasa berat. Padahal yang mbuat semua itu berat ya kita sendiri. Saya lupa tadi ayat mana saja yang dibacakan yang pada intinya Tuhan menurunkan ayat tersebut untuk memudahkan kita supaya mengambil hikmahnya, padahal ayat itu diulang sampe 4kali. Berati Allah emang Maha Tahu ya segimana bebalnya makhluk ciptaanNya sampe ayat aja harus diulang berkali-kali agar kita menoticenya. Ck ck ck ck. Parah. Udah ngrasa gak tau diri belum? Kalo belum berati emang anda raja bebal. Hahaha.
Gak luculah, kalo semisal kita ngefans mati ama sesuatu tapi waktu ditanya tentang apa aja yang kita ketahui dan jawabannya adalah ZONK. Ya sama kayak kita ngaku2 pedomannya Al-Quran tetapi kita aja gak paham isinya Al-Quran itu apa. Hehehe. Saya bukan bermaksud sok suci, saya juga sama kayak kalian, atau mungkin pemahaman saya malah kurang dibanding kalian, tapi ayo mulai sekarang sedikit demi sedikit cobalah pahami pedoman hidupmu itu apa.  =) 


Tapi, sampeyan ngrasa muslim to? =D

Selasa, 15 November 2011

A u o h h hhh #auwoh*

0 commentfootprint
Pagi ini gak tau saya sedang berbunga-bunga. Bukan karena saya barusan dari sarkem lho ya, pasar kembang arti sebenarnya lho jangan negthink dulu. Hehehe
Sehabis kuliah tadi saya mampir sebentar ke ATM, (heran baru tanggal segini uang saya sudah abis), tapi emang expenditurenya 2bulan kedepan bakalan defisit nih kalo begini trus. Oke, sekian.
Gak taunya ATM lagi timeout (apaan sih ya, atm abis ikut seagames kali ya pake timeout2an segala), kata bapak satpamnya sih ditunggu bentar juga balik lagi. Oke, saya bakalan ngelakuin the most "juh" activity bagi saya, a.k.a MENUNGGU, jujur saya itu orang paling benci membunuh waktu hanya dengan diam kayak sapi ompong, dasarnya saya sudah mirip sapi, #eh? #boonk. Sedetik, dua detik, tiga detik, ya ampun baru itungan satuan detik aja waktu uda kayak mau ganti era dinosaurus lagi. Sembari ngitungin waktu kayak ngitungin domba beranak, hape saya pijit-pijit kali aja dia lagi setres kena asam urat gara-gara tiap hari saya pake, (who knows kan?) #tampol. Setelah beberapa waktu, saya mendongak untuk melihat apakah timeoutnya atm uda slese belum, eh tahu.nya ada tempelan yang bertuliskan, "MAAV ATM OFFLINE", a uuu oooohhhh, darimana itu tulisan bangke berasal? Perasaan tadi gak ada orang seliweran nempel-nempel seenak udelnya gitu, idiih mulai kesel ama bapak satpamnya, saya datengi, saya pukul gemes bahunya, (pukpukpuk gaya bencong) (OKE ini gue NGELANTURR). 
Yaudah lah, saya pergi dari tempat terkhianat tersebut, pas lagi diatas motor, ada seorang ibu-ibu setengah baya turun dari mobil, mendatangi saya, (aduh deg-degan ini, kali aja ibunya sedang cari menantu trus lihat saya  teronggok sendirian begitu mempesona, ibunya langsung kepincut) #plakkkk. Eh, taunya tanya gedung apa gitu, yang gak begitu saya pahami, (waduh, ibunya terkena korban Ayu Ting-Ting rupanya) #backsound Alamat Palsu#.
Karena saya gak tahu gedung yang dimaksud, tergeraklah hati saya untuk menawarkan bantuan, saya ajak ibunya ke bapak satpam yang di dalem, saya nikahkan, dan sah? sah? syaaaaaaaah #koor. Weladalah, maksudnya, saya tanyain gedung yang dimaksud ke bapak satpamnya, kemudian saya translate ke ibu tadi, lalu beliau mengangguk-angguk puas, dan tersenyum. Senyum pepsodent. =). Cessss, gak tau, rasanya ada bungah tersendiri ketika melihat orang lain tersenyum karena bantuan kita, meskipun hal sesederhana begitu. Beliau berkali-kali mengucapkan terimakasi. #berlalu
Karena niat saya tadi mau pergi, niat mau pulang kos.an bentar. Gak taunya pas di jalan, beberapa meter dari ATM tadi, ketika saya lagi menunggangi motor =.=", ada ibu-ibu sedang naik motor juga melambai-lambaikan tangan ke arah saya. Oh, apa ini? Saya pikir dia lagi uji nyali trus gak kuat dan melambai-lambaikan tangan. Hasyahhhh , taunya beliau juga nanya gedung ke saya. Doenkkkk, apa di jidat ini ada tanda panahnya ya kok perasaan dari tadi ada yang lose in the jungle begini, apa mereka sedang mencari jejak? Apa mereka lupa membawa peta Dora? Beribu pertanyaan mengerubungi bak semut berkerumun di gula batu. Kalo yang ini, saya tau dimana gedungnya, karena ibunya agak lambat loading #oops, dijelasin gak mudeng-mudeng, akhirnya beliau saya tuntun menuju jalan kebenaran, alias jalan bener mo ke gedung. Dari belakang beliau membuntuti saya, sesampainya beliau tersenyum lebar dan mengucapkan terimakasi, saya dikasi senyum pepsodent untuk kedua kalinya, cesss, rasa bungah banget.
Sepanjang jalan saya senyum-senyum terus, ternyata memberikan sesuatu yang orang lain butuhkan meskipun hanya sesederhana itu bisa membuat hati kita menjadi penuh ya. Mood kayak tercharger, berbagi sesuatu yang tidak orang lain tau itu kebahagiaan tersendiri meskipun hanya sebuah senyum dan tanda ucapan terimakasi sebagai balasannya.
Memang, sebuah senyuman itu mempunyai dampak yang luar biasa bagi jiwa kita, bandingkan aja temenmu yang ceria dan pemuram, rasanya lebih nyaman di deket mereka yang ceria bukan?

"Senyum itu aliran energi positif bagi mereka yang berhati ikhlas." Maka tersenyumlah =).

note:
*ungkapan keheranan 

Kamis, 10 November 2011

My Undefined . . . .

0 commentfootprint
I always get the eerie feeling after reading your message, or after hanging on the phone. It seems like the world singing for me. And the sky is always blue.
Ada haru yang membiru tiap kali ku mendengar titian detik yang kau laku. Selalu hujan di sudut mataku. Bukan, bukan air mata sedih, ini air mata bahagia. Dari getaran yang merambat secara longitudinal, bergelombang searah dengan radar neptunusku. I found "my undefined ..." . Sesuatu yang tak ku kira bakalan mengetuk, ingin singgah lebih lama, dan menghuni. Sesuatu yang tidak aku prediksikan dari siapa ia berasal. Sesuatu yang sampai sekarang kadang tak bisa kupercayai apakah benar ini sesuatu yang hak bagiku. Sesuatu yang kadang membuat ku merutuki diri, apakah aku pantas? Sesuatu yang selalu membuatku bercermin "who am I?"
Sesuatu yang membuatku menahan "sesuatu yang lain" sampai meletup-letup. Karena sampai sekarang, aku masih belum pantas untuk mengucapkan tiga kata itu. Bagiku itu bukan main-main, kawan.
Meski semuanya selalu berakhir tendensius. Aku, kamu, sama-sama tahu. Aku, kamu sama-sama merindu. Aku, kamu sama-sama menunggu. Menunggu sesuatu tuk diyakinkan.
Aku tak ingin berharap terlalu muluk, seperti happily ever after dalam setiap dongeng kerajaan yang dulu sering aku dengar waktu kecil. Aku bukan lagi terjerembap dalam dunia happily ever after-oriented, yang mengharapkan semua mulus-mulus saja. Aku hanya berharap, memang ada langit yang kita lihat bersama.

Karena, Tuhan sayang kamu..

0 commentfootprint

Hujan. Merangsang otak untuk meresonansi masa lalu. Menguak sebuah dilatasi memori yang kadang sudah terkubur atau memang sengaja dikubur tuk tak muncul ke permukaan.
Bau tanahnya, menggeliat masuk lewat lubang hidung, dan lolos lewat serabut-serabut lubang hidung yang tak sampai hati memerangkapnya.
Ah, dia sudah sampai ke otak. 
Biarlah kunikmati rasa sendu ini, melegakan sang hujan yang sudah sukarela mampir membasahi pertiwiku yang mulai menua. Bumi sedang sakit.
Tak kau lihat, bumi menjadi ababil selayaknya remaja abege yang mencari jati diri. Kadang panas menyengat, kadang hujan tiba-tiba. Napasnya tersengal karena asap knalpot yang menyesaki, tanahnya tak lagi perawan oleh pupuk pabrik dan zat chemist lainnya.
Aku menerawang, membuang tatapan ke arah langit yang mulai merengek, ingin memuntahkan segala material cairnya atas dukanya yang mendalam kepada bumi.
***
Berdua, di sore itu, aku dan salah seorang temanku, mencari pengganjal perut, yang memberontak sejak siang tadi tak dimasukin apa-apa. Ah, sayangnya, memang kami terlalu sore yang kepagi-pagian alias tempat makan yang kami tuju belum menampakan dapur yang mengepul, tapi karena sudah terlanjur ya sudahlah, menunggu tak terlalu buruk mungkin. Mbk kosku yang satu ini orangnya gokil setengah hidup, namanya mbk devi, gak ada dia kos.an berasa hampa. Hahahaha
Sekelumit cerita sore itu yang membuat sedikit gerimis di pelupuk mataku seperti cuaca sore itu. Mungkin aku tak begitu mengerti bagaimana keadaan yang sesungguhnya terjadi. Tetapi melihat mimik, intonasi, matanya yang menerawang jauh ketika bercerita, agak sedikit tergambar jelas bagaimana rasa sakitnya sesuatu yang sudah dikuburnya dalam-dalam tiba-tiba terbuka seperti kotak kejutan, yang didalamnya muncul kepala badut yang dikasi peer itu. Ngagetin+nyeremin gimanaa gitu.
Kisahnya dimulai ketika masa pubertas sedang meratui dirinya. Mecintai seseorang yang tak ia duga akan menjadi sebuah gunung es di masa depan. Mencintai seseorang yang terpaut umur agak jauh mungkin suatu hal yang tabu di kalanganya waktu itu. Tapi begitulah adanya. Tak ada yang tak berproses. Cukup lama sebuah perjuangan yang harus ditempuh, cukup lama pula rasa itu kian mengendap dan menumbuhkan ekspetasi-ekspetasi yang ingin ia capai dengan "orang di masa lalu itu". Tapi seperti dihantam palu godam, ekspetasi yang ia bangun dari sekecil biji zarrah dan dipupukinya itu luruh terbawa gelombang laut yang bak menghempas istana pasir, mengilangkan jejak bahkan puing pasir pun tak bersisa. Tersemukan oleh bulir-bulir pasir lainnya. Nampak rata. Luarnya. Dalemnya? Hancurr berkeping-keping. Bayangkan, orang itu menghapus jejaknya sendiri yang ia tapaki bersama dengan temanku itu. Berpindah menjajari tapak lainnya dan menggamit tangan lain untuk mengarungi bahtera rumah tangga. Siapa yang tak sakit? Siapa yang berproses terlebih dahulu? Kenapa orang lain yang harus dipetikkan buah khuldi, bukan untuk temanku itu? Hujatan, makian, rasa kesal yang menggunung tak mampu menjawab semua tanya di benaknya, apa salahnya, ditinggal pergi begitu saja ketika zarrah itu mulai berkembang dan kemudian mati sebelum waktunya. Tuhan seperti begitu tak memihak.
Aku termenung, mendengar ceritanya disini. Bukan, bukan Tuhan tak memihak, Tuhan itu Al-Adlu ~Yang Maha Adil~ . Merunut surat cinta Tuhan yang sering aku baca dini hari, Dia tidak akan memberikan cobaan melebihi kapasitas kemampuan hambaNya, aku yakin sosok seorang Devi ini mempunyai kapasitas kemampuan yang orang lain tak pernah kira. Dia perempuan tangguh. Berkali-kali terjatuh, dan berkali-kali pula ia mampu berdiri lagi.
Kau tahu mbk, ketika seseorang tak layak berada di sampingmu, Tuhan membiarkannya pergi dari sisimu, menggantinya dengan seseorang yang lebih baik darinya. Karena Tuhan itu sayang kamu. :')

Jumat, 28 Oktober 2011

Ibuku, Seorang Buruh Negara

0 commentfootprint
Ada setitik kebahagiaan yang terpancar dari orang-orang yang kutemui tadi siang di antara gundukan sampah yang menggunung, dibalik rerimbunan plastik kotor campur bau menyengat yang tak hilang-hilang terperangkap di bulu hidungku. Ah, tak apa. :) 
Hari ini adalah hari ulang tahun temanku, Sheilla Monica Kuncoro Putri. Selamat ulang tahun teman :). Semoga senyum orang-orang yang kau beri sedikit ganjalan perut tadi menghantarkanmu sebagai amal, penyelamat hidupmu kelak setelah hidup dari kehidupan ini. Kami berdua berkeliling Solo tadi siang, untung matahari sedang bersahabat tak menampakkan kesombongan ultravioletnya kepada kami. Menyusuri jalan sempal alias aspal item palsu, lha wong pembangunannya memakan banyak biaya tak berbanding lurus dengan hasil yang diekspetasikan. Paling 2-3 tahun itu jalan sudah berlobang, digerogoti dosa para pengambil hak orang. Dari satu TPA ke TPA yang lain, mencari sosok-sosok para pengais sisa-sisa rejeki tuk sekedar menyambung hidupnya. Dari guratan-guratan mereka, terlihat jelas, bahwa sudah berpuluh tahun mereka mencoba menakhlukan bahtera kehidupan yang tak kunjung berlabuh di pemberhentian secercah kenyamanan hidup. Aku miris. Bagaimana mereka tahan bergumul sepanjang waktu dalam tumpukan belatung yang menjadi kawan, berparfum aroma cendawan bahkan berbau busuk sekalipun. Aku senang meskipun hanya mengantar temanku membagikan sekotak pengganjal perut yang mungkin lumayan bagi mereka bertahan beberapa jam kemudian. Orang-orang itu mengingatkanku pada seseorang yang sangat berarti, yang memperjuangkan hidup orang lain meskipun kehidupannya sendiri terbengkalai tak karuan, IBU.
***
Beliau yang merangkak dari tempat peraduan hanya tuk sekedar mengambil air tuk mensucikan batin di tengah lelapnya kota. Di tengah gurauan nyamuk yang berdendang, pesta pora darah segar. Di antara wajah-wajah buah hatinya yang masih bermimpi indah entah kemana. Bermunajat, mengadu kepada Sang Pemilik Dini Hari, berharap atas kebaikan di dunia dan akhirat, terlebih untuk gumpalan daging yang pernah ia kandung. Itu dilakukannya setiap hari. Bagi beliau sepertiga malam adalah waktu yang tepat untuk curhat, merapalkan sejumlah doa yang menjadi pengharapan yang kelak akan ia panen pada waktunya tiba. 
Sesekali aku dengar, beliau menangis. Aku hanya terdiam tak mampu membuka mulut meski mata ini sudah terbuka lebar-lebar. Mendengar lantunan ayatNya, membuatku semakin tergugu, ibuku wanita hebat. 
Sedini hari beliau bangun, menuntaskan kewajibannya, dan berlari pontangpanting menyiapkan segala keperluan perut kami. Ibuku bukan ibu rumah tangga biasa, yang setiap saat bisa melayani segala keperluan suami dan anak-anaknya sepenuhnya. Ibuku, buruh negara. Beliau, ketika matahari bersinar malu-malu, berangkat menuju ladang amalnya yang berjarak puluhan kilometer, melewati jalan yang tak beraspal, dimana kotoran kerbau pembajak menjadi pemandangan yang sangat biasa. Sebuah sekolah setaraf sekolah dasar menjadi sebuah penghiburan sekaligus penyemangatnya untuk menyambung hidup. Ibuku bukan seorang pegawai, untuk itulah aku sebut sebagai buruh. Beliau mengajar tanpa bertengger NIP di bawah namanya dalam raport kelas 6 itu. Ya, ibuku seorang pengajar yang tak digaji sesuai dengan ketetapan pemerintah. Itu sudah berlangsung belasan tahun. Bukannya tak pernah ibuku mengajukan surat kedinasannya kepada birokrasi yang mengaku mengayomi masyarakat itu, puluhan kali bahkan, ah aku tak terlalu paham apa yang tersembunyi dibalik jas-jas mereka yang menggelembung menutupi buncitnya perut mereka. Meskipun begitu, aku kadang terhenyak, malu sendiri, murid-muridnya sangat menyayanginya, setiap beliau ulang tahun ada saja yang mereka beri kepada ibuku, bahkan aku sendiri kadang lupa kapan ulang tahunnya. Sungguh memalukan. =.=" Setiap lebaran, mereka anak-anak desa seperti turun ke kota, jauh-jauh ke gubug tua kami (gubug kami memang benar-benar tua, umurnya melebihi gabungan umur penghuninya) tuk sekedar mencium punggung tangan ibuku, merapalkan sedaya lepat nyuwun pangapunten-nya. Ah so sweet. :') Ibuku, banyak yang menyayanginya.
Mungkin dari sosok beliaulah kutemukan  "guru pahlawan tanpa tanda jasa". 
Ibuku memang tak sempurna, bahkan jauh dari kesempurnaan, ya tak semua permintaan kami beliau turuti, baiklah perlunya kami memahami keadaaan. Harus malah. Kadang kata sindirannya sangat mengena, kenyinyirannya membuatku limbung, tapi sedikit kasih sayangnya meluruhkan segala amarahku. Memang tak selamanya aku sejalan dengan beliau, ada sedikit jurang jika kami berbeda pendapat atas perspektif tertentu. Tapi, kepada beliaulah semua penghujung pengharapan-pengharapan yang kulantunkan. Kutulis rangkaian doa di langit biru sana dan aku frame dengan sebuah pelangi yang melingkari hanya untukmu seorang, IBU. Ketauhilah, anakmu ini sedang berjuang untukmu. :') :* 
Maav jika aku belum menjadi anak yang bisa menuruti semua perkataanmu
Maav jika kadang perkataanmu sering aku abaikan
Maav jika aku lebih banyak mengecewakan daripada membanggakan
Maav, aku malu tuk terus meminta
Maav jika aku tak pandai mengungkapkan afeksiku
Maav, jika aku tak mampu menghapus air matamu
Maav jika aku sering mengeluh tanpa memikirkan perasaanmu
Maav jika aku terus menangis, sampai detik ini belum ada yang bisa aku persembahkan untukmu
Maav aku bukan anak yang berbakti.
meskipun byk org bilang aku replika remajamu, tp kubilang engkau lebih lebih cantik waktu muda dulu :')
Ibu, sampai kapanpun aku tak pernah sanggup melihatmu tak ada lagi disisiku. Kau tahu? Aku begitu menyayangimu. :'(

Rabu, 26 Oktober 2011

What the value is?

0 commentfootprint
Ada yang menganggap nilai itu adalah suatu apresiasi dari kerja keras, usaha yang kita lakukan, yang lain bilang nilai merupakan syarat dari lulusnya suatu akademika yang memang harus ditempuh untuk mencapai batas standar tertentu. Tapi aku bilang, nilai adalah suatu formalitas yang tidak sengaja sudah tertanam kuat di pikiran seseorang sejak ia mengenyam bangku sekolah yang pada intinya membuat ruang gerak berpikir seorang itu dibatasi oleh adanya angka-angka yang harus dipenuhi kolom-kolomnya dalam sebuah jurnal yang disebut raport. 
Entah kenapa sejak dari dulu aku tak suka dengan konsep pendidikan di negeri ini. Dimana nilai diagung-agungkan menjadi prasyarat dalam civil academic tertentu. Tak menutup kenyataan sih, dalam dunia realita , akumulasi nilai menjadi basic berkompetensi atau tidaknya seseorang. Tapi itu kan cuma angka, yang bisa dimanipulasi hanya dengan sebuah goresan tinta hitam yang membuatnya menjadi legal, selegal rokok yang beredar meskipun ada himbauan peringatannya. Aneh memang negeri ini.
Sejak keluarnya film Three Idiots , saya jadi berpikir ulang mengenai konsep pendidikan yang selama ini saya tempuh. Ternyata memang nilai sempurna menjadi suatu konsep pikiran yang bertendensi menuhankan. Apapun dilakukan untuk sekedar membuat orang lain atau orang tua menyenangi apa yang kita peroleh. Untuk itu muncul tindakan mencontek atau plagiarisme. Menghalalkan segala cara, bagaimana mendapatkan nilai sempurna.
Gimana sih kalo kita mendalami sesuatu tanpa harus mengejar target yang disebut nilai itu? Sistem sekolah yang di Three Idiots itu bisa lho menjadi suatu contoh bahwa kreativitas otak manusia tak harus dibayang-bayangi dengan nilai yang jelek atau berapakah standard nilai yang harus ditempuh, dan bla bla bla. Terlebih lagi sejak kecil kita dicekoki oleh banyak hal yang menuntut kita harus mengetahui semua pelajaran yang disuguhkan oleh guru kita. Bukankah itu membuat kita tidak fokus ya? Saya memang masih terlalu cetek dalam memahami sistem di negeri ini atau negara asing. Cuma yang saya tahui, di negara asing itu sistem pendidikannya ya kayak moving class, murid mendatangi guru yang mengajarkan pelajaran tertentu yang menjadi minat kita , konsentrasi apa yang kita pengen dalami. Jadi fokus gitulho. Murid yang membutuhkan guru, bukan guru yang membutuhkan murid. Hubungan semacam ini secara kondisional akan melahirkan suatu unggah-ungguh atau ngajeni kepada orang yang memberikan ilmu. Kalau hubungan semacam ini sudah tertanam, gak ada namanya bullying in the class, karena faktor muridnya yang gak sopan terhadap gurunyalah, atau muridnya gak mau diajarlah, atau guru merasa disepelekan lah, dan lainnya.
Saya memang orang yang paling anti kalau mendengar pengumuman nilai sejak dulu, entah itu pembagian raport, pengumuman lomba, apalagi membuka portal IPK yang sekali setiap semester diburu seantero mahasiswa itu. Gak tau, rasanya "ah ngapain sih?", padahal pada intinya saya takut dikecewakan oleh deretan angka-angka kecil berskala 4 itu yang ngomong aja gak bisa, tapi bisa membuat orang "ngomong(-ngomongin)". Yang membuat orang dilabeli si pintar dan si bodoh. Padahal menurut saya perjuangan kita selama mendalami ilmu itu tidak cukup sekedar ditransform ke dalam skala angka.
Banyak hal yang bisa dipelajari tanpa harus duduk diam di dalam kelas. Mendengar tutor mengajar, yang seperti mendongeng bagiku. Tetapi sayangnya, sejak dini kita sudah terlabeli menjadi "murid" dan segala tetek bengek yang melekat di dalamnya.
Entah sampai kapanpun nilai akan tetap menjadi suatu nilai, sesuatu yang "perlu" diperjuangkan dengan harga mahal sejak umur 6tahun.

"Langit begitu luas, kenapa tidak pikiranku? pikiranmu?"

Jumat, 21 Oktober 2011

Jumat Keramat

0 commentfootprint
Jumat itu emang dikutuk keramat ya?
Iya sih kayaknya, rasanya seharian ini pengen showeran dibawah dispenser, pencet tombol air yang warm. Biar mengepul sekalian ini kepala yang udah kayak dipanggang. Panasss, sodara-sodara!
Pagi-pagi disms sama temen yang bilang kalo printer kosannya tintanya abis, secara ini tugas pagi itu harus dikumpulin. Mau disalah-salahin juga bukan salahnya, mau gak disalahin kok rasanya dongkol setengah mati. Apalagi tugas yang barengan dikumpulinnya belum kelar aku kerjain. Euh, unsaid! Oke, akhirnya dengan mengelus-elus dada sendiri pake alu biar rata sekalian, aku berusaha buat sabar, dibawa santai aja, toh ntar 10 menitan sebelum masuk ngeprin berapa menit sih ya. "Gampanglah, piece of cake!" pikirku. Buru-buru ngelarin tugas, mandi kecipak-kecipuk dari ujung kaki sampai ujung kepala, sholat bentar, rapih-rapih, dan voilaaa ternyata udah detik-detik mau masuk kelas dan aku masi di kos, dan dan dan belum ngeprin woy! #efek petiiiir menggelegarrr# Berasa punya kekuatan lari seribu bayangan (ha? emang ada ya?) secepat kilat aku menuju tempat prin2an deket kos temenku. Sembari nunggu temenku yang ngeprin, ada sms masuk (dan ternyata ada beberapa sms, satu bbm entah dari sapa yang belum sempet aku buka), sempet-sempetnya dalam keadaan genting begini mikir kalau itu sms dari masnyaa, ah gue ngelantuuuuur. Back to topic, karena penasaran aku buka sms paling atas, voilaaaaaa temenku sms.

bondan itu nama cewek lho :O
Mampussss, lima menit kalo gak nyampe, kelas mau ditutup! #bumi gonjang-ganjing# Karena dengan sangat sangat kebetulan aku itu orangnya panikan, hebohlah itu tempat prin2an. Udah kayak ibu-ibu mo ngelahirin, aku teriak-teriak ke temenku , niatnya biar cepet, tapi mo diteriakin pake TOA masjid juga itu mesin printer ya bakalan segitu2 aja kan ya kecepatannya. Hedeh. Merasa bego. =.="
Mas-mas yang disitu malah pada ketawa antara cengo muka-muka bloon, dan nahan pup mungkin ngeliat tampangku yang konyol abis. Sambil ngebleyer matic temenku, biar masnya itu pengertian ngasi servis extra fast furious gitu, akhirnya kelar juga sehabis dijilid. 
Aku pacu matic , dikasih sabetan sekalian biar laju tambah kencang (ini motor apa kuda? =.="). Belingsatan, selip sana, selip sini, kayak si Lorenzo yang lagi berlaga di arena bulutangkis. (Loh? Salah sambung woy!)
Beberapa kali hampir mau nabrak buntut motor orang. Kalo ada sop buntut motor, uda gw cincang tu motor satu-satu yang ngalangin jalan. Di saat on the way genting begitu, jilbab saya penitinya lepassssss, sodara-sodaraaaaaaa! Siaaaaaleuuuun, euuuuh, gw jejerit sendiri, sambil megangin bagian leher biar itu jilbab gak kayak kerekan bendera aja. Untung pake helm, jadi agak nggak riweuh, tapi berhubung mungkin saya masih  keturunan nenek moyang sirkus, biasalah megang motor cuma pake satu tangan, tangan yang lain megang jilbab, ngerem ya pake mulut, alias nglakson pake mulut, hahahahahahahahaha. 
Aseli temen gw yang mbonceng cuma ngakak ngikik gak jelas atas kekonyolan pagi ini. Sesampai di parkiran, buru-buru deh ngerapihin, bim salabim bentar biar gak keliatan abis macul di sawah. Wuzzzzzz, langsung naek ke kelas, daan hamdalaaaaah pintu belum dikunci. Ngos-ngosan sodara-sodaraa. Fiuuuh. Selesai juga.
Siangnya sih fine2 aja, berjalan seiring dengan sorotan senter matahari, serius ini mataharinya itu kayak nyenterin ubun2 kepala.
Nah sorenya nih yang bikin tambah bete, suruh nganterin temen beli modem, udah gitu nginstallnya kayak dinosaurus mau beranak aja, lamaaa bangett. Ah, aku paling benci pekerjaan menunggu. Ah kalo menunggu emang sebuah pekerjaan yang digaji mungkin dari dulu saya udah kayak Raja Midas, tinggal sentuh jadi emas deh. Ngayaaaal tingkat dewaa.

Selama menunggu saya cuma diem-dieman ama sang waktu, ceritanya lagi bete boleh donk keliatan kesel. Aselinya saya lagi laperrr paraaah, kalo lagi laperr emang wajah saya kayak monster yang lagi ngejen, jelek banget dan bikin sensi.
Sebel. 
Sampe kos masi kebawa sensi, apa-apa gw tendangin. Eh, boong ding! :p
Tapi yang bikin senep hari ini, gak ada kabar-kabari dari kamu. Aaaaaaa, kangen mr.latantra :(.
Bakalan tahan gak ya saya?
Segimanapun kamu nganggep saya sapa, segimanapun kamu bilang saya suruh sabar, dan mau menunggu, segimanapun juga rindu itu gak bakalan pernah punya rasa pengertian. Titik.


k aaa n g eeeeeee n



(curhat securhat-curhatnya)
saya alaynya mulai kebangetan gak sih? =.=" bzzzzzzzzt. #toyor kepala sendiri#




Selasa, 18 Oktober 2011

Filosofi Lemontea | Set You Free

0 commentfootprint
Hidup itu gak mudah. Emang. Sapa sih yang bilang idup itu gampang? Nobita aja yang uda punya doraemon tiap hari masih ngrengek minta dikeluarin macam-macam alat buat mempermudah keinginannya.
Tergantung mindset seseorang juga sih bagaimana menyikapi dirinya sendiri. Sebenarnya psikolog yang paling ampuh ya diri kita sendiri, bagaimana Sudur kita di-set untuk sedemikian rupa, bagaimana attitude kita diapresiasikan dari apa yang udah kita tanam dalam otak.
Pernah suatu kali, saya benar-benar merasa depresi terhadap diri sendiri. Rasanya udah unsaid bangetlah, serasa otak uda kayak benda pajangan yang cuma sekedar menuh-menuhin anatomi tubuh. Buat mikir rasanya neuron transmitternya gak mau nyambung. Blank. Jenuh. Bosan. Dan ujung-ujungnya merasa useless
Tapi entah, mungkin karena ada dorongan magis yang membuat saya bangkit kembali, melakukan ritual keagamaan yang tadinya serasa hanya habit, menjadi suatu kepuasan yang addicted, itu berlangsung secara konstan. Membuat saya seperti kehausan, mencari-cari, sampai mengais kalang kabut, dan akhirnya saya menyadari , Tuhan memberikan cobaan memang tak melebihi kemampuan makhlukNya, jika saya masih hidup dan menghirup udara yang sama berarti cobaan itu tak lebih dari sekedar sebiji zarrah. Saya mampu melaluinya, itulah mindset yang terus saya pupuk dan siram agar tumbuh berkembang sampai mengakar dalam diri. Dan akhirnya, voilaaa, saya memang mampu melewatinya. :)
Seperti segelas lemontea, ada suatu reaksi lidah yang mengecap asam , manis, yang terkombinasi di suatu zat cair yaitu cairan olahan dari pucuk daun teh, yang menjadikannya sebuah minuman yang beresensi eksentrik. Saya suka. :)
Asam dari lemon, menggambarkan rasa sour sitrat yang bikin lidah kelu, seperti merasakan anyir, yang bagi sebagian orang membuat bulu bergidik dan akan menghasilkan kelenjar saliva berlebihan. Dalam hidup, ketika cobaan datang menerpa, rasanya masam untuk dijalani bahkan sekedar dikecap. Tapi adakalanya, rasa suka kan datang menggantikan asam-asam sitrat itu dengan diikat oleh glukosanya gula. :)
Air merupakan zat penetral , teh yang dilarutkan mengandung antioksidan yang dapat melindungi diri dari penuaan dini dan polusi. Disinilah keyakinan akan agama diibaratkan, proporsi larutan teh yang mendominasi seperti sebuah agama yang menjadi panutan, pedoman yang melingkari, melindungi, semacam tameng buat diri dalam mengarungi kehidupan baik suka maupun duka.
Suatu minuman dengan kombinasi yang hebat bukan? :) Thats why i m crazy in love with my lemontea. Its not just a drink, it has its own philosophy. :)


Minggu, 16 Oktober 2011

Selamat Ulang Tahun ^.^

3 commentfootprint
Selamat Ulang Tahun :)
Ah, memang secara harfiah hari ini mengulangi tanggal yang sama tepat setahun yang lalu bukan? Berarti tidak ada arti khusus sebenarnya. Hanya saja aku ingin mengucapkan, Selamat Ulang Tahun, hei, tanggal 16 Oktober 2011. 
Sebuah dilatasi memori yang mengisi volume otak limbik, yang kini semakin bias. Terdegradasi oleh memori-memori lain yang membuat empunya lebih memilih untuk menguburnya bersama horcrux-horcrux yang kini sudah ia hancurkan dengan sebuah pedang Gryfindor, yang ia sebut masa depan. ^.^
Ah, have a great future!! Semangkaaaa ~Semangaaaat Kakaaaaaaak AuuuuL~!

Jumat, 14 Oktober 2011

I called it "Missing U"

0 commentfootprint
Untuk kedua kalinya dari awal perkuliahan aku menyambangi kampung halamanku. Banyak berubah tentunya, yang pasti kota kecil ini mulai crowded dengan label hedonisme. Apalagi dengan dibangunnya mall baru di pinggir kota jalan propinsi itu. Sejenak aku merasa asing, dengan kemacetan yang tampak seperti ular dari kejauhan, berkelak-kelok dengan sisik warna warni yang tak beraturan, persis seperti ular kalau dilihat dari jalan yang berlawanan.

 Aku menghela napas, berapa ribuan detik lagi bis yang ku tumpangi berhenti di armada biasa ku menunggu jemputan. Rasanya sudah tak terbendung lagi, aku merindukan sesuatu yang membuatku kehilangan waras. Entah kenapa, aku mengingat terus dialek-mu, suaramu, tawamu, ah seperti merapal doa saja ini.

Sadarlah suatu rindu yang salah tempat itu seperti menggigiti pensil saja, rasanya gemletak gak karuan di gigi. Karena aku sadar, aku bukanlah seseorang yang mungkin kau harapkan untuk mengucap rindu itu kepadamu. Siapalah aku, bagimu? Atau bagi kesadaranmu?
***

Masih saja ku termangu, apa yang ku tulis untuk membuatmu agar tetap membalas pesan digital itu,
Type-Backspace-Type-Backspace
aaaaaah, kapan ini bisa ku klik send?
Sulit kiranya sekedar menulis, "aku kangen kamu. Titik"
Sedikit ku berdiri di atas pembaringanku, ada pantulan 3 dimensi bentuk yang serupa
Itu diriku, dengan segala kekhasan.nya
Rambut yang belum disisir, alis bulan sabit,pipi yang merona tomat, 
menyembul dan paling menonjol di area muka,
kupatut sedikit mimik muka melasku,
ah rasanya aku belum pantas.
Berkaca saja aku fals, apalagi membayangkan aku berdiri di dekatmu.
Ah kangen itu tak sopan
Mengetuk hati siapa saja yang diingikannya
Kadang sering berlalu, memporakporandakan seperti ditiup beliung
Atau jika beruntung, dia mengetuk dan memberimu sebuah pembayaran yang setimpal.
Kulirik diriku lagi, aku tertunduk lesu, 
rasanya aku belum pantas mengatakan ini padamu, 
masih banyak hal yang mungkin kau pertimbangkan dariku, begitu juga ku demikian.

Apa aku sanggup bersabar selama waktu yang kau harapkan?
Menunggu rasa rindu itu terbayar lunas saja, tak tahu kapan.
Ah, aku rinduuu latantra.

Rabu, 12 Oktober 2011

"Selamat malam Sayang,.,"

0 commentfootprint
Lagi-lagi aku merasa terkhianati. Oleh oknum yang mengaku melayani masyarakat. Sang Raksasa Pengalir Energi. Kali ini listrik mati lagi, sodara, membuatku harus menelan mentah-mentah pemandangan kelam ruangan bervolume 4,5x2,5 petak ini. Sunyi, sial lagi jangkrik mengkerik menyanyikan ejekannya padaku. Terimakasih, dalam keterbatasan ini aku mengakui, aku makhluk tak berultrasonik seperti penala gema echolocation. Aku tersenyum hambar. Mencibir.
Kedua, aku merasa terkhianati oleh penyedia layanan komunikasi yang membuatku harus menjejalkan galau di hatiku sampai waktu ingin tidur menjelang. Sengaja ingin berlangganan, tapi malang, pulsa hangus tak guna jua, ingin kuteriakkan "daaaaaa***uuk!!!", tapi ah tuhan, untung saja mulutku masih beriman. Astaghfirullah, sekali lagi ku tersenyum hambar, dan sedikit menghela.
boni, bearly, dobby = anak2 bantalku :D
Kuurungkan niatku bercengkerama dengan anak-anak bantalku, si Boni, Dobby dan Bearly, keluar sebentar tuk menyaksikan lampu alam yang berdiameter 3.474 km, menggantung sendirian di sana?
Kulihat bintang sedang enggan bersamamu? Awan mega berserak, sisa hujan tadi sore yang membasahi bumi kemarau pertama kali di tanah batik ini. Ku sempat bersorak kegirangan tadi, sewaktu beranjak senja, bulir-bulir partikel penyejuk dahaga mengalir dari istana di atas awan yang mungkin seperti seolah-olah Dewa Zeus yang sedang menangis.
Kembali kulirik bulan, masih saja dia pongah, karena masih saja energi belum mengalirkan cahayanya lewat kabel-kabel yang menjuntai terkoneksi dengan bola lampu pijar. Dia masi anteng. Gelap. Gulita. Tak berpendar.
Menikmati kesendirian membuatku bias, apakah memang sebuah keterasingan yang kubutuhkan. Keterasingan dari dunia yang menghantamku bertubi-tubi. Aku kangen. Mungkin yang kubutuhkan bukan kehampaan yang menerpa sisi-sisi sensitivitas manuasiawiku.
 I need a shoulder to hold on. Membuatmu salah paham tadi siang sedikit menyentil kekhawatiranku atas persepsimu terhadapku. ah, andai saja lorong waktu itu ada. Aku diam, mendengar Sudurku berbicara sendiri. Kenapa ya perasaan itu tidak bisa dilogika? Padahal mereka menempati bilik yang sama, bukankah di otak pusatnya?
"Renungan Kloset" itu memang sering menimbulkan pertanyaan yang tak ku mengerti dan sering kali berujung pada siraman air, sedetik kemudian mengabaikannya, menyimpan sebagai draft, suatu saat muncul kembali bersama draft-draft yang lain. Menumpuk menjadi satu, setelah aku lelah menemukan jawabannya, yang ku bisa hanya membuangnya bersama angin.
Krik. Krik. Krik. Dasar jangkrik! Masih saja dia menertawaiku. 
Sampai kapan aku berdiam di sini? 
Menunggu cahaya datang menghampiri, menyeruak sisi gelap malam, kegelapan yang membuatku bergidik.
Kamar-kamar sudah terkunci rapat-rapat, mungkin sang empunya terlalu lelah tuk menunggu.
***
Oh, Tuhaan, makhluk itu berpasukan, menghunuskan mulutnya bak jarum yang siap menyuntikkan air liur dan menyedot hemoglobin-hemoglobin di bawah lapisan epidermisku. Oke, masuk ke dalam petak mungkin lebih baik.
Kucoba memejamkan mata, sambil memeluk anak-anak bantalku. Mereka seperti kesepian. Ah, tenanglah, ada aku disini, mendekap penuh kehangatan sampai pagi kan menjelang. "Selamat malam, sayang".


11.10.11, 22.24 ditulis dalam cahaya remang dari  layar smartphone 106 gr.


Senin, 10 Oktober 2011

The Spring Time

0 commentfootprint
Sebuah percakapan yang membuka cakrawala batinku. Membuatnya mengebiri dan membungkus rapat2 "sesuatu" yang tak ingin aku biarkan pergi. Aku tak ingin kehilangannya lagi.
Tidak begitu lama sebenarnya bunga itu layu dimakan usia, musim mekarnya sudah melewati ambang batas. Dan sengaja aku tak ingin memupuki, memberi tanah segar, apalagi menyiraminya. Sudah ku singkirkan, tak lagi hasrat untuk memandangi bunga layu itu.
Kini, tiba2 musim kemarau yang terhitung sejak melayunya bunga itu kian memupus. Tergantikan musim semi yang membuat sebuah bibit bunga kecil tumbuh di pelataran hatiku. Entah darimana sang waktu begitu pengertian denganku kali ini.
Terlalu dini untuk menyatakan bahwa itu bunga akan seperti edelwies, bunga abadi. Namun, ada rasa bungah yang berbeda setiap kali melihatnya tumbuh berkembang. Dia tumbuh bersama harapan-harapan yang bakal menjadi kumpulan kelopak kelak ia mekar. Tinggal tunggu saja warna apakah yang membuatnya berbeda dengan warna bunga yang layu itu?
Suatu saat pasti bakalan ada ulat yang menggelayut, memangkas habis dedaunannya, membuat sang pemilik menjadi gelisah apakah bunga itu juga akan mati? Tapi aku, sang pemilik, bertekad untuk menjaganya, menjaga hingga akhir dia membuahkan sebuah bakal biji.
Tenang saja, seekor ulat pun suatu saat bakalan jadi seekor kupu-kupu, memperelok mekarnya. Bagai hasil dari sebuah perjuangan panjang. Ya, memang aku harus bersabar. Segala sesuatunya pasti ada yang akan dituai.

***

Kamu yang menjadi sebuah bibit baru bagiku
Kamu yang membuatku selalu mengecek list inbox di facebookku
Kamu yang selalu membuatku kehabisan waras hanya dengan emot :) di akhir untaian kata yang kau ketik
Kamu yang membuat rabuku selayak malam minggu :p
Kamu yang membuat stereotipku terhadap kaummu mengabur
menggantinya dengan sebuah kepercayaan dan kebanggaan yang menggunung,
betapa beratnya mengemban garuda d pundakmu.
Kamu yang selalu punya cerita untuk sekedar didengarkan
Kamu yang membuat tawaku serenyah cochocrunch
Kamu yang membuat senyumku tak pernah berhenti dengan kicauan rabu-sabtumu
Kamu yang mempunyai nama panggilan yang membuat telingaku bergidik
Kamu yang membuatku berdesir di setiap akhiran dialek-mu
Hanya kamu.
Meskipun,
Kamu yang menjadikan sebuah jarak tak lagi teridentifikasi,
Kamu yang membuat aku harus meyakinkan diri, apakah ini yang namanya a crazy little thing called love?
Sebuah drama yang berhappy ending?
Yang pasti harus kamu tahu,
merindu itu menyesakkan,
merindu itu menyakitkan.

Mungkin terlalu dini untuk sekarang, tapi yakinlah suatu saat kesabaran itu kan membuahkan hasil. :)


3.45 WIB (ketika aku mulai sadar, aku mulai merindukanmu)

Minggu, 09 Oktober 2011

#curcol1

0 commentfootprint
#fakta1 , jatuh cinta itu bikin kadar alay dalam diri meningkat secara signifikan. Sekian.

Sabtu, 08 Oktober 2011

Best Friend Ever

0 commentfootprint
Lagi2 dini hari.
Aku terpekur dalam sujudku. Menerawang dalam duduk diantara dua sujud yang entah sengaja atau tidak, lebih lama beberapa detik daripada sebelumnya. Ada yang mengganggu pikiranku. Mengusik sanubariku, yang berkata "ada sesuatu yang tak beres".
Bukan, bukan maksudku aku memojokkanmu disini. Aku hanya ingin berkata sesuatu yang tak bisa aku katakan padamu lewat tutur kata yang mungkin kamu sudah memahaminya terlebih dahulu.

Aku begitu tersentak. Membaca barisan huruf yang kamu kirim mungkin dengan sebuah kecamuk dalam hatimu. Aku tahu, menulis kata seperti itu butuh keberanian yang sangat besar. Atau setidaknya jika aku dalam posisimu.
Ini sudah pernah terjadi, kawan, dan sepertinya sejarah terulang kembali. "Geschichte wiederholt". Aku benar-benar tak mengerti dan penuh ketakjuban dengan permainan "fuadha" atau cortex manusia yang mampu menggerakkan hatinya untuk bertendensi ke orang lain. Ini bukan masalah perasaan saja, persahabatan kita mengalami badai (lagi). Tak dapat dipungkiri, sedikit atau banyak akan mempengaruhi sikapmu terhadap aku. 
Seperti yang sudah aku katakan, keinginan itu memang sering berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada, tergantung bagaimana kita membentenginya dan membuatnya menjadi sebuah koreksi diri. Penolakan bukan berati ketidakmampuanku untuk mengakui keberadaanmu, aku sudah terlalu menganggapmu menjadi seorang yang berarti dalam bagian perjalanan hidupku. Seorang sahabat yang berusaha mengerti dan memahami setiap kita dalam sebuah cengkerama. 
Aku tahu, menanggung "beban" selama itu pasti membuatmu tak nyaman. Atau setidaknya aku sedikit mengerti meskipun kau selalu menyergah bahwa "aku tidak mengerti". Berusaha menjaga hubungan baik dan diam selama itu sudah membuatku mengacungi 2jempolku untukmu, kawan. Mungkin kalo aku dalam posisimu, sudah sedari dulu aku mundur perlahan dan berbalik arah, menghilangkan jejak jejak hatiku dan mengambil persimpangan jalan lain. Tapi buktinya kamu bertahan sampai sekarang. Sungguh membuatku benar-benar terkejut.
Kau tahu? Aku pun pernah mengalami hal yang sama. Sedikit mirip denganmu, mencintai seseorang dalam jangka waktu yang tak kita sadari ternyata seperbagian hidup kita. Tapi lebih ngenesnya, bahkan aku tak sekalipun pernah punya kesempatan ngomong kepada orang itu. Dan kau? Sahabatku sendiri, yang tiap hari bisa berkomunikasi baik denganku. 
Yang membuat kita sama denganku waktu itu adalah kita sama-sama "jatuh cinta sendirian". 
"Pada akhirnya,orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa mendoakan. Mereka cuma bisa mendoakan, setelah capek berharap, pengharapan yang ada dari dulu, yang tumbuh dari mulai kecil sekali, hingga makin lama makin besar,lalu semakin lama jauh. Orang yg jatuh cinta diam-diam pada akhirnya menerima. Orang yang jatuh cinta diam-diam paham bahwa kenyataan berbeda dg apa yg kita inginkan. Terkadang yang kita inginkan bisa jadi yang tidak kita sesungguhnya butuhkan. Dan sebenarnya, yang kita butuhkan hanyalah merelakan. Orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa, JATUH CINTA SENDIRIAN."

Dan seiring berjalannya waktu, rasa itu menggerus dirinya sendiri. Boom! Dan hanya menyisakan sebuah karang yang tak lagi bermollusca.  Kosong dan hampa. Sebuah kenyataan yang pahit memang. Tapi aku yakin kamu pun bisa. Perubahan itu harus berasal dari diri sendiri. You are still my best friend forever. :)


4.37 WIB
 

A Walk to Remember Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template