Kamis, 10 November 2011

My Undefined . . . .

I always get the eerie feeling after reading your message, or after hanging on the phone. It seems like the world singing for me. And the sky is always blue.
Ada haru yang membiru tiap kali ku mendengar titian detik yang kau laku. Selalu hujan di sudut mataku. Bukan, bukan air mata sedih, ini air mata bahagia. Dari getaran yang merambat secara longitudinal, bergelombang searah dengan radar neptunusku. I found "my undefined ..." . Sesuatu yang tak ku kira bakalan mengetuk, ingin singgah lebih lama, dan menghuni. Sesuatu yang tidak aku prediksikan dari siapa ia berasal. Sesuatu yang sampai sekarang kadang tak bisa kupercayai apakah benar ini sesuatu yang hak bagiku. Sesuatu yang kadang membuat ku merutuki diri, apakah aku pantas? Sesuatu yang selalu membuatku bercermin "who am I?"
Sesuatu yang membuatku menahan "sesuatu yang lain" sampai meletup-letup. Karena sampai sekarang, aku masih belum pantas untuk mengucapkan tiga kata itu. Bagiku itu bukan main-main, kawan.
Meski semuanya selalu berakhir tendensius. Aku, kamu, sama-sama tahu. Aku, kamu sama-sama merindu. Aku, kamu sama-sama menunggu. Menunggu sesuatu tuk diyakinkan.
Aku tak ingin berharap terlalu muluk, seperti happily ever after dalam setiap dongeng kerajaan yang dulu sering aku dengar waktu kecil. Aku bukan lagi terjerembap dalam dunia happily ever after-oriented, yang mengharapkan semua mulus-mulus saja. Aku hanya berharap, memang ada langit yang kita lihat bersama.

0 commentfootprint:

 

A Walk to Remember Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template