Kamis, 24 November 2011

Dont judge Aulia by her looks

Saya ingin bercerita sedikit tentang what-a-beautyjerk-inside-ku, buahahahha. Kadang saya itu merasa mengalami disorientasi. Banyak hal dualitas tetapi terangkum dalam suatu "mono-viour" yang malah kadang membuat saya penuh dengan keabsurd-an.

Contoh : saya bisa menjadi boy-ish kalo saya mau, maen bola.lah, ngejar layang-layang putus.lah, naek pohon rambutan yang dulu banyak di belakang rumah.lah, mandi keringat sampe bau matahari saya jabanin. Pada dasarnya energi saya itu berlebih, jadi janganlah heran ketika cewek2 itu berteduh di pinggir lapangan, ada seorang gadis berjilbab yang asyikmasyuk dengan bolanya, entah itu bola basket atau voli atau bola sepak sekalipun. Saya masih inget ketika dulu waktu sekolah menengah atas, hanya beberapa gelintir cewek yang gandrung sama olahraga, ya salah satunya saya. Dimana cewek2 waktu ganti pakaian seruangan itu masi bau parfum masing-masing, saya sudah bau matahari+keringet khas anak sekolahan. =.=" I love making myself sweating.


Tapi saya bisa tampil sedikit feminim jika saya mau, i love taking pict of myself when i wear that longdress. Kata ibuk, saya cantik jika pake longdress atau rok panjang. Ah, ibuk mana sih yang gak memuji anaknya sendiri? Saya pakai apapun pasti beliau bilang saya cantik, padahal biasanya itu mungkin sekedar "ngayem2i" saya. Hahaha it doesnt matter, mom. :D

Banyak yang bilang saya pendiem. Itu kata2 mereka yang belum mengenal saya lebih jauh. Atau mereka yang baru saja ketemu dengan saya. Tapi kalo pernyataan tersebut disodorkan kepada mereka yang udah lama mengenal saya, mungkin mereka bakalan ketawa terpingkal-pingkal dan bilang "pendiem dari hongkong??" dengan alis yang terpaut dan disela-sela derai tawanya, Errr sudah cukup menjelaskan? Ya, saya memang pendiem dalam keadaan dan situasi tertentu, terlebih di lingkungan baru atau di lingkungan yang membuat saya tak nyaman, berasa roaming or sucha alien from outerspace gitu, jadi saya lebih memilih diam daripada nyerocos yang bisa membuat kening mereka mengkerut dan berpikiran "ki bocah ngomong opooo ngono". Saya pun bisa menjadi pendiem, salting dan cuma bisa senyum2 jika di depan "kamu" :). Bukan berarti saya sok jaim dan menutup-nutupi terlebih senyum saya itu lebih mewakili jutaan kata daripada kata-kata itu sendiri, terlebih saya ingin menikmati setiap Hz suara yang dihasilkan oleh kamu. Ya, kamu. :)
Jadi, saya itu bisa pendiem melebihi diemnya batu dan saya bisa sangat criwis melebihi beo yang belum dikasi makan pisang. :D

Apalagi ya? #hening sejenak#
Oh ya, berkaitan dengan pendiem mungkin saya banyak dinilai alim gitu ya? Ehm gak juga sih, saya suka mendengarkan lagu hiphop, rap atau apalah itu yang membuat saya sering dancingqueen sendiri di dalam kamar. Pokoknya jauh dari suasana musik si sulis dan hadad alwi. Sering memanggut-manggutkan kepala kayak burung woodywoodpacker, menggelinjang kayak cacing kepanasan gara2 joget2 gak jelas, kadang-kadang bahkan sering misuh-misuh jawa timuran, atau bercanda sarkasme dengan anak-anak kos saya yang superdupergila itu. Bahkan mereka sudah mengakui keabsurd.an saya ini. Saya ratu absurd bagi mereka. Pokoknya all of my absurdity itu jauh dari kesan alim dan pendiem. Mungkin kalo orang lain yang belum mengenal saya atau kita mereka bakalan hening dan berpikir "gilak, mereka pada ngomongin apa sih! sopan woy!" Pokoknya becandaan saya itu kadang roaming bagi mereka yang outgroup, saya pun bisa sangat tertawa diluar kendali bukan tertawa selayaknya cewek pada umumnya, tapi saya menikmatinya. :)

Tapi meskipun begitu, saya juga sangat concern sekali bagi ukhrawi , meskipun masi sangat amat duper super cetek, saya merasa gelisah kalo meningglkan 5waktuku, saya masih setia melantunkan kalamNya setiap petang menjelang dan subuh datang, meskipun hanya satu ruku' atau beberapa mushaf, atau saya mengusahakan merutinkan berbicara dari hati yang paling kecil ketika angin tak bersemilir dari dini hari pada Sang Pemilik Kalam. Atau menambahkan porsi lauk sunah saya pada tiap Senin dan Kamis. Kau tau apa motivasi terbesar setiap saya melakukan semua itu adalah perkataan ibuk saya, bagi saya itu semacam kata wasiat yang bakalan saya ingat terus "Ibarat, nek ora ana tambahan ibadah liyane, mung sholat wajib thok kaya mung makan nasi putih thok, tanpa lauk, arak tumbuh gedhe sko endi wong ra ana gizine" , sampe sekarang keingeeeet terus itu kata-kata. 
Jadi, saya bisa terllihat "urakan" tetapi saya bisa terlihat agak "religius".

Heran, saya hidup dengan dualitas dalam satu tubuh yang sama. But, it doesnt mean I am sucha hypocrite, itu hanya masalah sikap.
Memang benar, janganlah menjudge seseorang itu dari tampilan luarnya saja ketika kamu emang belum terlalu mengenalnya, jangan sok tahulah intinya. Bisa saja, orang yang kamu anggap jelek in converse malah dia sebenarnya baik, atau yang kamu anggap dia baik malah ternyata jelek. Get the point? :)
Hanya jadilah bangga atas dirimu sendiri jika kamu memang berbeda dari yang lainnya.

0 commentfootprint:

 

A Walk to Remember Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template