Kamis, 22 Desember 2011

Mimpi yang Tertunda bukan Terpendam

Berbicara soal mimpi.
Ada sebuah impian sederhana yang sebenarnya bisa dicapai jika saya memang benar-benar berniat untuk itu.
Belajar lagi Deutsch atau Bahasa Jerman,yang bertahun-tahun lamanya mengendap di bawah tumpukan materi-materi perkuliahan sehingga membuatnya menjadi seorang anak tiri yang terlupakan? Ya, bahkan saya sudah melupakannya.
Selain bahasa Indonesia, bahasa asing yang masih familiar sejak kecil adalah bahasa Inggris dan bahasa Arab.
Itupun semuanya tak ada yang benar-benar saya kuasai. Sejak diperkenalkan dengan bahsa jerman di bangku SMA entah kenapa saya jatuh cinta. Apa tanggapan teman-teman? Mungkin saya dianggap freak atau nerd, notabene bahasa jerman pada waktu itu semacam muatan lokal yang tidak begitu penting untuk dipelajari mungkin.Tapi saya suka.
Ketertarikanku mulai membuncah setelah naik kelas 2 SMA.
Bukannya sombong, tapi dulu temen-temen sering menjadikanku sebagai dewi penyelamat untuk ujian jerman. #berasa turun dari kahyangan#
Udah gitu, yang gak remidi mesti orangnya itu-itu aja. Buahahaaha
Apalagi kalo tugas sehari-hari, jawaban satu kelas hampir sama, sampe2 saya terpingkal-pingkal dengan pernyataan bu guru saya itu, sambil kibas poni beliau berkata, "ah, meneliti jawaban yang sama itu membosankan".  Inget gak Lerry Noviatama? Kita berdua ngakak ngedengernya.
Dari ketertarikan itulah tumbuh impian yang saya gantung di atas langit-langit kamar saya. 
Biar tiap hari bisa diliat sebelum memejamkan mata, menanamkannya dalam bunga tidur, dan hal pertama yang kuingat saat kubuka mata.
"Saya pengen menginjakkan kaki di negeri Hitler itu". Berlebihankah?
Mimpi itu sedikit agak tertunda, sedikit? Banyak dink, dengan jadwal kuliah yang unpredictable dan terkadang saya membantu mengajar murid SMA membuat saya berpikir dua kali, eh ehmm lima kali dink buat ikut deutsch course. Gimana kalo jadwalnya bertabrakan, gimana kalo tentornya gak seasyik yang saya bayangkan, terlebih harus ada ekstra dana dari kocek sendiri karena saya gak mau merepotkan lebih banyak dari orang tua. Dilihat dari urgentnya pun, kalo boleh saya katakan itu "sangat tidak mendesak" dan tidak mensupport bidang akademik yang sedang saya tempuh. Mungkin bagi mereka, keinginan saya ini sangat amat tidak penting yah, "ha? buat apaan les jerman?" TAPI SAYA PENGEN. Itu saja alasan yang cukup kuat bagi saya.
Keinget, dulu guru SMP saya pernah nyeletuk, "orang yang pintar adalah orang yang bisa menguasai banyak bahasa". Baru sekarang saya benar-benar memahami, bahasa itu induknya ilmu menurut saya. Segala ilmu itu dibahasakan agar orang bisa memahami ilmu itu sendiri. 
Melalui grafiknya, melalui vektor, aksara, angka, menurut saya semua itu bahasa! Bahasa itu simbol dari pendeskripsian sesuatu.
Coba aja deh, liat temenmu yang bisa cas-cis bahasa asing, mereka kelihatan pintar kan? Karena mereka menguasai simbol, menyusunnya dalam sebuah linear SPOK dan bisa mengkomunikasikan simbol-simbol itu.
Untuk itu, impian saya yang tertunda adalah belajar bahasa jerman, bukan berniat agar terlihat lebih pintar terlebih karena saya ingin sekali belajar ke negeri aslinya.
Mungkin jika saya boleh memahami hadist nabi dengan akal cetek saya "Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina" itu bisa bermakna tuntutlah ilmu sejauh-jauhnya, sampai kamu bisa melihat dunia dari sisi luar, tidak seperti katak dalam tempurung,  dan bisa bermakna pelajarilah bahasa yang mereka gunakan, dulu kan nabi pake bahasa arab, belajarlah bahasa cina yang mungkin sulit bagi mereka. Yah, itu cuma pemahaman cetek saya aja. Tapi lumayan memperkuat pondasi keyakinan saya, bahwa belajar bahasa lain itu PENTING.





1 commentfootprint:

Unknown mengatakan...

Gutten morgen Frau Aul :D

 

A Walk to Remember Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template