Sabtu, 10 Desember 2011

Secuplik Senja Tadi

09.12.12

Pertama kali pulang semenjak idul adha berlalu sebulan lebih yang lalu.Tadinya sih gak kepikiran mau menghabiskan weekend ini di rumah mungil kaki bukit tidar itu. Jujur, saat ini daya tarik magelang berepisentrum di kamu :), entah keberadaanmu yang membuatnya istimewa atau magelang yang membuatmu menjadi istimewa, hanya saja kamu membuatku merasa hummy. Meski hanya terpaut tak lebih dari selayang pandang mata melirik, kamu terlihat jauh terhalang tembok tinggi berpagar hijau terkepung pinus yang membentengi. Walau tak bertemu secara langsung, tapi itu cukup membuatku bungah mengetahui gumpalan langit yang kulihat dia atas sana, juga terlihat olehmu dibalik sana.

***

Menggenjot sepeda dari solo ke magelang itu suatu momen having quality time banget bagi saya. Menjejalkan sumpalan telinga yang mendendangkan harmoni, bermodal jaket yang berkibar bak bendera yang dikerek, helm butut kesayangan pertama yang kubeli semenjak SMA, dan wuzzz melajulah sampai titik 100km per jam.
Wohooo, rasanya get my freedom banget. Bagi saya, jalanan serasa tempat karaoke gratis sepuas-puasnya sampai tekak bergoyang di tenggorokan tanpa orang lain menghiraukan karena suaramu akan hilang terbawa angin.
Iya benar, sampe teriak-teriak lho, toh suaraku memantul pada slayer dan berturbulensi di dalamnya, ahai tak ada yang mendengar kan? #senyum
Terlebih lagi jika ada plat AA menyembul dari arah belakangku, dan melesat seperti mengejeku yang jauh tertinggal. Biasanya naluriku langsung membuncah, bagi saya itu semacam tanda bahwa dia ingin menantangku.
Oke, akan saya layani. Jalanan jadi semacam sirkuit abal-abal dengan pembalapnya yang juga gadungan. ahai. Memang saya tak lihai jika menantang mereka-mereka yang memakai motor kapasitas jok yang sering terlihat cewek nungging di belakangnya, (heran deh ya gak pegel apa itu punggung, mbk? ), sadar saya hanya pake matic yang ngegas pol sampe 100 km per jam terkadang sudah bisa merontokan sparepart motor itu sendiri. Pewh. Jangan heran dengan penampilan saya yang kadang berbanding terbalik dengan kepribadian, kalo saya boleh memilih saya lebih pengen mengendarai motor koplingan ketimbang model scoopy. Tapi sayang seribu sayang, tubuh saya terlalu renta hanya sekedar memegang stangnya saja, (ohhh meeen, beraaat!) :| What the fuss!

***

Magelang banyak berubah. Seperti biasa ritual yang sering saya lakukan setiap pulang, "Melawan Angin", saya itu pemburu sore, pemburu senja, the twilight hunter. Saya pernah bermimpi bagaimana menyaksikan senja di Gunung Kilimanjaro? Melihat bola api pijar itu ditelan ufuk hingga sebatas cakrawala? Incredible!!
Lamat-lamat ku menyusuri jalanan kota magelang yang saat ini sedang dalam pembaharuan. Wew! Berapa dekade.kah saya gak pulang, sampai-sampai banyak perubahan yang kudapati dari kota kecil yang bertahun-tahun menjadi kepompong childhoodku ini?
Saya menyukai hiruk pikuk ini, saya menyukai sudut kotanya yang sering buat asyikmasyuk segerombolan remaja itu, saya menyukai tower air raksasa itu, saya menyukai patung mbah dipo yang entah siapa yang ia tunjuk walau kumpeni telah hengkang beberapa abad silam, saya menyukai bau udara pinus tempat kamu ditempa selama 4tahun, saya menyukai jalan A.Yani yang landai itu, pas untuk track gas pol, merasakan secuil satisfaction dari pembalap F1 di tipi2 itu ketika tempurung dengkul mereka nyaris beradu aspal ketika melengkung sentrifugal dari lintasan yang menentukan prestise setiap pembalap. Ya, secuil kiranya saya merasakannya. Bangga. Puas. Keren.

***
Ini malam minggu, tak berlaku buat yang mengikrarkan dirinya fakir asmara. Bukan berarti saya menjadi kaumnya tetapi tak berarti juga saya diapeli. Iya, benar.
Kau tahu? sms pertama kali ketika beberapa hari tak dihubungi itu serasa menemukan zamrud khatulistiwa di antara bongkahan arang hitam. Mencolok. Ya, rasanya amat sangat mencolok kebahagian itu terpancar di antara dua bola mataku yang berbinar-binar, mencolok sekali terpasung di sudut senyum simpulku, dan mencolok di lekukan pipi kiriku. Aku bahagia.
Mendengar suaramu itu seperti oase, serius ini bukan #gombalgembel, seandainya kau tahu diseberang sini ada semacam cupid-cupid kecil di atas kepalaku sedang menari-nari tarian hujan dengan panahnya, mengguyur hujan asmara, aaaaah terlalu lebay mungkin. Tapi benar, saya jatuh hati dengan aksenmu, tawamu, dan ehmmm suaramu. Addicted. Oh, wait, is it my confession? Amboi nian awak ni. #plak

aku.. sudah terbius oleh aroma pinus lembah tidar raya
selalu mengingatkanku adanya secuplik sisa umur yang sudah teralbumkan menjadi kenangan hampir 20 tahun
selalu mengingatkanku adanya ksatria-ksatria pembela bangsa
berpeluh debu selama 4 tahun tuk mengayomi negara


pinusnya menyembunyikan rahasia di balik bisikan-bisikan angin
yang berisikan endapan rindu dari perwira di balik tembok
untuk dunia luar yang terasingkan
menunggu angin yang kembali membawa kabar
bahwa ada orang-orang yang menunggu mereka,
tuk berkumpul, bercengkerama dan membayar lunas rindu yang dulu sempat tak terbalas.


aku.. sudah terbius oleh aroma pinus lembah tidar raya. ADR


0 commentfootprint:

 

A Walk to Remember Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template