Senin, 10 Oktober 2011

The Spring Time

Sebuah percakapan yang membuka cakrawala batinku. Membuatnya mengebiri dan membungkus rapat2 "sesuatu" yang tak ingin aku biarkan pergi. Aku tak ingin kehilangannya lagi.
Tidak begitu lama sebenarnya bunga itu layu dimakan usia, musim mekarnya sudah melewati ambang batas. Dan sengaja aku tak ingin memupuki, memberi tanah segar, apalagi menyiraminya. Sudah ku singkirkan, tak lagi hasrat untuk memandangi bunga layu itu.
Kini, tiba2 musim kemarau yang terhitung sejak melayunya bunga itu kian memupus. Tergantikan musim semi yang membuat sebuah bibit bunga kecil tumbuh di pelataran hatiku. Entah darimana sang waktu begitu pengertian denganku kali ini.
Terlalu dini untuk menyatakan bahwa itu bunga akan seperti edelwies, bunga abadi. Namun, ada rasa bungah yang berbeda setiap kali melihatnya tumbuh berkembang. Dia tumbuh bersama harapan-harapan yang bakal menjadi kumpulan kelopak kelak ia mekar. Tinggal tunggu saja warna apakah yang membuatnya berbeda dengan warna bunga yang layu itu?
Suatu saat pasti bakalan ada ulat yang menggelayut, memangkas habis dedaunannya, membuat sang pemilik menjadi gelisah apakah bunga itu juga akan mati? Tapi aku, sang pemilik, bertekad untuk menjaganya, menjaga hingga akhir dia membuahkan sebuah bakal biji.
Tenang saja, seekor ulat pun suatu saat bakalan jadi seekor kupu-kupu, memperelok mekarnya. Bagai hasil dari sebuah perjuangan panjang. Ya, memang aku harus bersabar. Segala sesuatunya pasti ada yang akan dituai.

***

Kamu yang menjadi sebuah bibit baru bagiku
Kamu yang membuatku selalu mengecek list inbox di facebookku
Kamu yang selalu membuatku kehabisan waras hanya dengan emot :) di akhir untaian kata yang kau ketik
Kamu yang membuat rabuku selayak malam minggu :p
Kamu yang membuat stereotipku terhadap kaummu mengabur
menggantinya dengan sebuah kepercayaan dan kebanggaan yang menggunung,
betapa beratnya mengemban garuda d pundakmu.
Kamu yang selalu punya cerita untuk sekedar didengarkan
Kamu yang membuat tawaku serenyah cochocrunch
Kamu yang membuat senyumku tak pernah berhenti dengan kicauan rabu-sabtumu
Kamu yang mempunyai nama panggilan yang membuat telingaku bergidik
Kamu yang membuatku berdesir di setiap akhiran dialek-mu
Hanya kamu.
Meskipun,
Kamu yang menjadikan sebuah jarak tak lagi teridentifikasi,
Kamu yang membuat aku harus meyakinkan diri, apakah ini yang namanya a crazy little thing called love?
Sebuah drama yang berhappy ending?
Yang pasti harus kamu tahu,
merindu itu menyesakkan,
merindu itu menyakitkan.

Mungkin terlalu dini untuk sekarang, tapi yakinlah suatu saat kesabaran itu kan membuahkan hasil. :)


3.45 WIB (ketika aku mulai sadar, aku mulai merindukanmu)

0 commentfootprint:

 

A Walk to Remember Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template