Minggu, 28 Oktober 2012

... and life will never be the same (again)..

"Maaf.. maaf.."
Mungkin hanya itu yang bisa aku haturkan padamu, bu. 
***
Kepulanganku hari ini ke Solo, agak membuatku tak enak hati dan menyisakan sepenggal mendung yang tak kunjung reda sesampainya di kos pun. Sebenarnya aku ingin sekali pulang besok senin, ingin berjumpa dengannya sebentar saja kalau diperbolehkan. Tau rasanya kangen gak, buk? 5menit saja tuk membayarnya lunas? Sayangnya, Ibu tak mengizinkan dengan alasan aku ujian, oke cukup. Magelang menjadi terasa sesak. Melihat ujung Tidar membuatku menjadi merasa mual, kangen yang tak terbendung, gerbang ksatrian itu rasanya seperti mengerling membuatku deg-deg.an. Serasa baunya selalu menguar tiap kali aku melewati Koella. Menyebrang sedikit masi sederetan dengan Koella, akan kudapati sebuah rumah makan dengan kenangan yang menyesakkan. Aaah perasaan yang orang lain tak pernah tahu. Sekalipun dirinya.
Itulah mengapa, hingga ini aku masih menyayanginya. Karena kenangan-kenangan itu enggan beranjak.

Pamit dengan agak kaku dan dingin, walau aku tahu air matamu ingin jatuh tak tertahan. Aku pun begitu, langsung ku tutup kaca helmku dan kebas slayer mukaku dengan air mata dan ingus. Aku benar-benar runyam. Maav, jika aku menghindari nasehatmu kali ini, daripada mulutku tak sopan menyangkal, berdebat dan berkata ba bi bu yang akan membuatmu lebih nyayat lagi. Untuk itu aku ingin cepat2 pulang ke Solo, thats why I called Solo is my sweetest escape, disini aku bisa bener2 merenung menyendiri tanpa harus memperlihatkan wajah yang tak mengenakkan atau mata sembabku di depan orang rumah. Dan salah satu lainnya dengan ngebut, jangan bayangkan seperti yang ada di moto GP, ngebutku hanya maksimal 100km/jam, atau rata2 80-90 km/jam. Rasanya seperti mengurai benak, melepaskannya bersama angin yang menderu menepis wajahku. Itulah mengapa, aku suka impulsive riding, keliling motoran sendirian. Nyaman.

Entahlah, aku sudah berusaha untuk mematuhimu, tapi kali ini aku tak ingin mendengar omongan apa-apa tentangnya. Aku sedih. Jika kemaren saja, tak kau tahan aku pergi ke kotanya, sudah kulakukan siang itu juga. Entah, bagaimana bisa aku terlalu "seperti" ini terhadapnya. Mungkin ini yang membuatmu khawatir ya, bu? Jika aku terlalu berlebihan seperti dulu? Dan akan selalu dikecewakan seperti dulu?
Aku sudah bilang, Nobody knows me exactly, including you mom, I am sorry. 
Entah kenapa, untuk orang ini aku mempunyai ketetapan hati yang besar. Kau tahu, aku pernah mendengar suami Indy Barends bercerita ketika dia pertama kali melihat Indy Barends, dia langsung berkata, "Ini nih yang bakalan jadi calon bini gue". Dan itu yang terjadi pada hati kecilku saat itu, bu. :( Tapi jika Tuhan berkehendak menggerakkan hatiku sedemikian, kenapa jalanan ini begitu terjal? Apa istiqomahku kali ini salah? Apa ini hanya ketetapan hati yang semu? Apa emang sebenarnya perkenalanku dengannya adalah the wrong coincidence to? Aku tak pernah bermain-main untuk soal hati, tapi kenapa setiap orang di masa lalu selalu membuatku kecewa? :(
Mungkin engkau boleh berasumsi bahwa dia saja tak sepenuhnya yakin denganku mengapa aku harus seyakin ini, mengapa aku harus berkorban terlalu jauh, kalo dia memang yakin padaku kenapa dia tak menggenggamku lebih dalam, kenapa harus pihak cewek yang mengejar? Cewek itu yang dipertahankan bukan mempertahankan, begitu katamu?
Cukup tolong, kenapa semua membuatnya begitu rumit sekarang. Aku hanya ingin mencintainya secara sederhana. Sesederhana tanpa alasan ba bi bu, atau opini blablabla orang dari A-Z. Sesederhana ketika aku begitu bahagia menikmati chocochips setiap butirannya. Sesederhana ketika aku begitu nyaman menyeruput lemontea panas-panas. Sesederhana itu saja, dan kenapa malah orang lain yang memikirkannya rumit?
Dulu heran sekali, tau temen SMAku menyukai kakak tingkatku, dan aku tanya kenapa dia menyukainya, dia hanya menjawab ya suka saja. aku pikir dia tak waras, sedetil-detilnya dia tau sampai nomer plat motor dan suara motornya saja dia hapal. Oh tuhan, ketidakwarasan macam apa itu. Tapi malah kini aku yang merasakan ketidakwarasan itu. Aku kena karma. Aku hapal, bagaimana gaya dia mengetik sms, titik-komanya sekalipun, aku hapal bagaimana dia selalu mengusap-usap hidungnya, entah itu gatal atau nervous aku tak tahu, aku hapal cara dia berjalan, aku hapal tatapannya sembari dia menghela napas panjang kukira aku menjadi beban untuknya tapi dia hanya tersenyum dan berkata sebaliknya, sweet banget. Aku hapal aroma tubuhnya terakhir kali, sampai ini membuatku gila, setiap parfum yang mirip baunya selalu mengingatkannya. Ini keterlaluan. Mungkin ini yang membuatmu khawatir ya, buk? Aku terlalu berlebihan memaknai seseorang, aku terlalu bermimpi banyak terhadap seseorang. Katamu, waktuku masi panjang, mengejar cita-cita membuatmu bangga, ingin melindungiku dari hal-hal yang bisa membuatku kecewa, karena engkau tahu hatiku kecil dan rapuh (pfffft teenlit banget ini =.=") walau aku tak pernah menampakkannya, entahlah dia memang bukan tujuan utamaku tapi kenapa dia yang paling banyak menyita waktuku. Engkau ingin aku mundur jika ini dirasa berat untukku? Entah aku belum bisa menjawabnya sekarang.
Kata temenku, time never heals anything, but meeting somebody new will.
Should I give up? Dan merekonstruksi ulang semua mimpi? Yang pasti life will never be the same (again) to me. Arrrgh sudahlah, buat semua ini sesederhana mungkin, karena aku masi bermimpi ingin ke Jerman *lho ra nyambung*

#playing
"And life will never be the same.
A different life than the one we’ve had
From our simple, fun, fairytales
......
......
Will you remember how we are?
Will you stay with me when I try
To be a better one for you?
In this new world…
du du du du du
(a new world by nadya fathira ost perahu kertas) "

Na na na na na na *muka apatis*

0 commentfootprint:

 

A Walk to Remember Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template