Akhirnya tadi saya mengunjungi bude di Karanganyar semenjak sekian lama meninggalkan rumah tersebut dan hidup mandiri di kosan. Merasa bersalah banget sebenarnya gak pernah maen ke sana lagi, cuman emang banyak aral melintang, yang menghadang, dan menerjang, yaah jadinya memang jarang maen. Padahal anak-anak kecilnya pada ngangenin.
Ehm bicara soal anak kecil , di tempat sodaraku itu ada anak kecil perempuan kelas 2 SD ya kira-kira umurnya 8tahunan, sekarang udah tinggi, padahal terakhir saya liat masi pake pakaian anak TK, kecil, ingusan, :D, kuciumi rambutnya, ah khas sekali baunya, anak kecil itu khas bau matahari, silahkan deskripsikan sendiri bau matahari itu seperti apa :))
Sebenarnya, dulu saya tak terlalu suka dengan anak kecil, malah sekarang kebalikan, kalau liat anak kecil berpipi tembem gitu rasanya pengen tak ciumi sampe pipinya abis. Muahahaha
Mungkin alasan yang agak logis kenapa saya dulu tak terlalu suka anak kecil adalah karena saya hampir akan menjadi seorang kakak dari adek perempuan.
Namanya Aisyah Zulfa, lahir 15 tahun silam, dimana RA Kartini lahir pada tanggal yang sama, 21 April (1997).
Kalau saja dia memang terlahir, mungkin sekarang tiap pulang magelang bisa hang out bareng adek
Kalau saja dia memang terlahir, mungkin sekarang kita bisa berbagi bantal dan selimut bareng
Kalau saja dia memang terlahir, mungkin sekarang lagi heboh masa pubertasnya
Kalau saja dia memang terlahir, mungkin sekarang lagi pusing-pusingnya mau masuk SMA mana
Kalau saja dia memang terlahir, mungkin sekarang sering pinjem2an baju
Kalau saja dia memang terlahir, mungkin di rumah saya gak akan sekangen ini :(.
Adeku si upa, menurut nasab dia akan menempati urutan keempat setelah saya, kata ibuk dia menelan air ketuban terlalu banyak, telat lahir dari jadwal kelahiran normal. Lahir ke dunia tanpa nyawa. Tapi kupikir, dia terlalu jengah pada dunia, ketika itu sedang masa-masa krisis moneter, dunia berkecamuk, tak ayal keluarga kami pun mengalami dampaknya. Mungkin umur saya yang baru 6 tahunan, belum terlalu mudeng bagaimana rasanya ditinggalkan, satu2nya anggota keluarga inti abah saya yang udah menemui Sang Khalik. Tapi, sejak itu saya gak terlalu suka dengan anak kecil.
Lauful Mahfuz ternyata mencetak aksara lain, 11 tahun kemudian, Tuhan menghembuskan sebuah nyawa dalam rahim ibuku. Sekeluarga panik bukan main, bagaimana ini dengan usia rawan ibu saya. Menurut dokter, beliau berada dalam usia rawan untuk mengandung lagi, pilih anak atau ibu yang selamat? Macam maen dadu saja itu nyawa dipertaruhkan, astaghfirullah. Pertaruhan ini seperti maen biaya peluang, mana yang paling banyak diuntungkan mengambil suatu tindakan. Tapi ini maen nyawa meeen, u should be kidding me broo, its not a joke! Kasian, kalo tiap hari ngeliat ibuk saya,sampe2 beliau melakukan segala cara yang dianjurkan dokter, dan mejiknya memang bayinya gak mau turun dari kandungan, subhanallah, ini bayi mejik sekali, finally he was born this way. Tuhan memang Maha Adil, mengirim pengganti si upa tuk menemani masa tua abah-ibuk saya.
![]() |
si anak tengil, masyaallah polahnya =.=", tp punya sesuatu yang bikin saya envy yaitu bulu matanya yg panjang dan lesung pipinya, oh mygosh even i dont have them |
Mbak kangen, moga jumat depan bisa mampir ke "rumahmu" ya? :') Love u, titip salam buat Malaikat Ridwan.
0 commentfootprint:
Posting Komentar